PLN Mau Ganti Batu Bara dengan Sampah, Ini Tantangannya

11 Februari 2020 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTU Jeranjang. Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
PLTU Jeranjang. Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PLN terus mendorong penggunaan olahan sampah menjadi pengganti bahan bakar pembangkit. Setelah sukses di Bali, kini PLN bersama anak usahanya mengembangkan penggunaan pelet sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang berkapasitas 3 x 25 Megawatt (MW) yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat.
ADVERTISEMENT
PLH Manager PLTU Jeranjang Nandang Safrudin menjelaskan, olahan sampah dalam bentuk pelet setara dengan batu bara kalori rendah yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit.
"Kami sudah lakukan riset dan uji coba, khususnya untuk mengukur optimasi substitusi peletnya. Hasilnya antara 3 - 5, namun memang paling optimal ada di 3 persen," ucap Nandang saat ditemui di PLTU Jeranjang, Selasa (11/2).
Petugas bekerja di PLTU Jeranjang. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Namun tidak semua PLTU bisa menggunakan kombinasi antara batu bara dan pelet dari sampah untuk bahan bakar. Hanya PLTU dengan boiler CFB yang bisa memakainya. Hanya sedikit PLTU di Indonesia yang memiliki boiler jenis ini. 
Jika menggunakan batu bara secara penuh, dalam satu jam kondisi maksimal, PLTU Jeranjang membutuhkan 200 ton batu bara sebagai bahan bakar. Dengan substitusi sebesar 3 persen, maka dibutuhkan 600 kilogram pelet setiap jam sebagai pengganti batu bara.
ADVERTISEMENT
Ketersediaan pelet untuk kebutuhan PLTU Jeranjang ini adalah salah satu kendala utama yang harus dicari jalan keluarnya. Untuk itu, PLN saat ini telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB melakukan pendampingan kepada pengelola Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok untuk mengubah sampah menjadi pelet.
"Tantangan kami memang menjaga ketersediaan pelet. Oleh karena itu kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pendampingan. Karena pelet untuk PLTU ini punya spesifikasi khusus," imbuhnya.
Suasana di PLTU Jeranjang. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Melalui JOSS, sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok dikumpulkan dalam bak, lalu dimasukkan cairan bio activator untuk dilakukan proses peuyeumisasi, kemudian sampah dijemur hingga kering.
Setelah itu, sampah dimasukkan ke mesin pencacah dan tahap akhir melalui proses peletisasi. Mesin-mesin yang digunakan merupakan bagian dari program CSR PLN.
ADVERTISEMENT
Usai berbentuk pelet, kemudian dijemur hingga kering. Selanjutnya, pelet bisa digunakan untuk campuran bahan bakar pembangkit listrik.
Sasaran pemanfaatan olahan sampah ini tidak hanya bertujuan untuk menurunkan biaya produksi listrik, tetapi juga sebagai alternatif solusi penanganan sampah daerah dan upaya memberdayakan masyarakat.
"Dengan olahan ini sampah bisa bernilai, masyarakat juga bisa punya penghasilan tambahan. Jadi ekonomi masyarakat sekitar juga meningkat," tambah Nandang.
Suasana di PLTU Jeranjang. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Selain itu, pemanfaatan sampah menjadi energi ini juga menjadi alternatif solusi penanganan sampah di daerah.
Dody, pengelola TPA Kebon Kongok menyampaikan, kehadiran pengolahan sampah sementara membantu mengurangi permasalahan sampah yang ada di Lombok.
"Sampah ini masih jadi salah satu masalah untuk Lombok, padahal tempat kami ini menjadi destinasi wisata. Dengan program dari PLN ini tentunya dapat menjadi solusi dan mewujudkan Program Zero Waste yang diusung pemerintah Provinsi NTB," pungkas Dody.
ADVERTISEMENT