Pelita Air Lebarkan Sayap Bisnis ke Penerbangan Komersial, Bagaimana Prospeknya?
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) Alvin Lie menjelaskan, prospek bisnis maskapai di bawah naungan PT Pertamina (Persero) ini. Kehadiran Pelita Air terjadi di tengah pemulihan industri penerbangan setelah 2 tahun terpuruk karena pandemi COVID-19.
Alvin menuturkan, saat ini jumlah pergerakan pesawat domestik terus meningkat signifikan, terutama pasca pemerintah mencabut syarat tes antigen dan PCR di Maret ini. Selain itu, jumlah penumpang juga meningkat tajam walaupun belum kembali seperti kondisi pra pandemi.
Kondisi ini, kata Alvin, memberikan harapan kepada industri transportasi udara untuk bisa sehat kembali. Dia pun menilai, kehadiran Pelita Air tentu sudah melalui perhitungan yang matang.
"Saya yakin Pelita Air melihat bahwa selama pandemi ini banyak rute-rute yang ditutup, banyak pesawat yang diistirahatkan, sehingga ada pasar-pasar yang akan membutuhkan pelayanan kembali setelah pandemi berangsur-angsur menurun dan berlalu," jelasnya kepada kumparan, Kamis (14/4).
ADVERTISEMENT
Alvin pun mencontohkan salah satu maskapai yang baru saja mengudara di Indonesia tahun 2021 lalu, Super Air Jet . Maskapai tersebut hadir di tengah pandemi COVID-19 yang menggerogoti industri penerbangan domestik.
Dia mengatakan, Super Air Jet memulai bisnisnya tahun lalu dengan hanya 2 pesawat, kemudian terus bertambah hingga dalam waktu 1 tahun mereka menambah armada menjadi 13. Selain itu, rute penerbangannya pun terus bertambah secara agresif.
"Ini menunjukkan bahwa ketika maskapai-maskapai penerbangan lainnya belum kembali aktif, ada pemain yang mampu investasi gesit bisa meraih pasar tersebut," tuturnya.
"Demikian juga Pelita Air, kalau Pelita Air bisa cepat beroperasi tentunya ada segmen-segmen pasar yang bisa direbut selagi pemain-pemain lama baru perlahan bangkit kembali," kata Alvin menambahkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menurut dia, persiapan matang Pelita Air juga terlihat dari segmentasi pasar yang dibidik sudah spesifik. "Pelita Air membidik segmen pelayanan menengah, yang mana persaingannya tidak ketat segmen penerbangan berbiaya rendah atau LCC (low cost carrier)," ujarnya.
Dia menilai, persaingan dalam segmen penerbangan berbiaya rendah di Indonesia sudah terlalu padat. Pemain-pemain lama sudah banyak mengudara seperti Lion Air, Super Air Jet, Citilink, Wings Air, dan AirAsia.
Adapun untuk segmen menengah, Alvin mengatakan pemain lama hanya diisi oleh Sriwijaya Air dan Nam Air. Dengan demikian, menurut dia, segmen yang dibidik Pelita Air merupakan keputusan tepat.
Pelita Air Bukan Saingan Garuda Indonesia
Dengan segmen yang spesifik tersebut, Alvin menegaskan bahwa Pelita Air bukan saingan Garuda Indonesia . Dia berkata, kedua maskapai ini memiliki segmen pasar yang berbeda, di mana Garuda bermain di segmen pelayanan maksimum atau full service bersama Batik Air.
Selain itu, saat ini Garuda sedang mengalami kondisi keuangan yang terpuruk sehingga mengurangi jumlah pesawat yang beroperasi hingga rute-rute penerbangan. Sehingga, kata Alvin, Pelita Air pada dasarnya bukan pesaing Garuda.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak sependapat dengan persepsi bahwa Pelita Air didirikan untuk menggantikan Garuda, itu 2 perusahaan berbeda, tidak ada kaitannya dan jangan dikait-kaitkan. Pelita Air tetap akan hadir dan berkembang apa pun yang terjadi pada Garuda," tuturnya.
"Sudah jelas pasar yang dibidik juga berbeda dengan Garuda, jadi jangan disandingkan Pelita Air dengan Garuda," tandasnya.
****
Ikuti giveaway kumparanBISNIS dan dapatkan hadiah saldo digital total Rp 1,5 Juta, klik di sini !