Neraca Perdagangan RI Bisa Defisit Terdampak Konflik Iran-Israel

16 April 2024 15:25 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi neraca perdagangan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi neraca perdagangan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan konflik Iran-Israel bakal berdampak kepada kenaikan harga minyak mentah sehingga berpotensi membuat nilai impor migas Indonesia membesar.
ADVERTISEMENT
Adapun impor migas pada bulan Februari 2024 mencapai USD 2,98 miliar, naik 10,42 persen secara bulanan. Pada periode ini, neraca perdagangan Indonesia masih memperpanjang rekor surplus dengan capaian USD 0,87 miliar, semakin kecil dan diprediksi akan putus rekor di periode selanjutnya.
Kondisi itu diperparah dengan kurs rupiah yang melemah. Hari ini pukul 14.32 WIB, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat makin melemah, tembus ke level Rp 16.176. Faktor-faktor ini, kata Bhima, akan berpengaruh pada kinerja neraca perdagangan Indonesia.
"Proyeksi neraca dagang pada semester ke II 2024 diperkirakan defisit. Transaksi berjalan defisitnya makin melebar. Motor pertumbuhan ekspor sulit diandalkan tahun ini," kata Bhima kepada kumparan, Selasa (16/4).
Mengutip Market Watch, ketegangan yang memanas antara Iran dan Israel ini diperkirakan akan membuat harga minyak mentah dunia kembali naik menyentuh USD 100 per barel. Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Bhima mengatakan, kinerja ekspor beberapa komoditas justru tidak sejalan dengan naiknya harga minyak dunia.
ADVERTISEMENT
Bhima mencatat, batu bara harganya anjlok 30,5 persen secara tahunan atau year on year akibat permintaan China melemah. Menurutnya, bonanza komoditas yang dirasakan Indonesia hanya parsial, berbeda dari tahun 2021-2022.
"Jadi kalau ada yang berasumsi Rupiah melemah karena konflik akan untungkan kinerja ekspor ya salah besar," tegasnya.
Menurutnya Indonesia sangat dirugikan dengan konflik Timur Tengah yang berlanjut, karena pasar Timur Tengah adalah pasar yang sangat strategis untuk suku cadang otomotif, olahan ikan hingga sayuran beku. "Timur Tengah juga jadi hub ekspor ke Afrika yang merupakan pasar alternatif potensial Indonesia," pungkasnya.
Dari data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia dengan Iran selalu surplus sejak tahun 2019, yakni dari 2019 sampai 2023 berturut-turut Indonesia surplus sebesar USD 94,6 juta, USD 180,6 juta, USD 165,5 juta, USD 227,1 juta, dan USD 183,4 juta.
ADVERTISEMENT
Sedangkan data impor migas Indonesia dari Iran dari tahun 2019 secara tren terjadi penurunan. Pada 2019 impor migas Indonesia dari Iran mencapai USD 14,9 juta, turun terus di 2020 sampai 2022 dan meningkat lagi di 2023.
Pada 2020 impor migas Indonesia dari Iran turun menjadi USD 9,3 juta, kemudian turun lagi di 2021 dan 2022 masing-masing USD 3,8 juta dan USD 2,5 juta, dan naik pada 2023 sebesar USD 3,1 juta.