Moeldoko: RI Impor Produk Porang karena Tak Ada Pabrik Pengolahan Dalam Negeri
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Moeldoko menilai pabrik pengolahan tersebut akan bisa membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga Indonesia tidak lagi bergantung ke impor terkait produk yang diolah dari porang.
“Selama ini belum ada pabrik di Indonesia yang mampu menghasilkan tepung glukomanan murni yang pada akhirnya membuat kita harus impor dari luar negeri,” kata Moeldoko melalui video saat peresmian pabrik pengolahan porang PT Rezka Nayatama di Lombok, NTB.
Pabrik pengolahan porang yang diresmikan pada Rabu (26/7) ini memiliki luas sekitar 1 hektare. Fasilitas itu dilengkapi dengan lebih dari 600 titik sensor untuk memantau kondisi umbi porang dari masuknya bahan baku, proses pemotongan, pengeringan, pemurnian, sampai pembungkusan tepung ke dalam kemasan.
Penerapan teknologi 4.0 juga diterapkan untuk menjamin kualitas produk PT Rezka Nayatama memenuhi standar mutu terbaik di industri pangan.
ADVERTISEMENT
“Pabrik ini akan memainkan peran penting dalam industri pengolahan bahan makanan di Indonesia terutama dalam produksi tepung glukomanan murni yang dapat digunakan dalam berbagai produk makanan lezat dan sehat seperti beras, mi, tahu, shirataki,” ujar Moeldoko.
Selain itu, Moeldoko menilai dengan beroperasinya pabrik itu bisa berdampak positif juga ke perekonomian dan kesejahteraan, khususnya masyarakat sekitar Lombok. Apalagi, PT Rezka Nayatama berniat menyerap porang dari para petani.
“Pabrik ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan membuka peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan penghasilan mereka melalui program kemitraan yang kuat,” tutur Moeldoko.
“Selain itu, produk yang berkelanjutan di pabrik ini akan memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan industri pengolahan bahan makanan di Indonesia,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Lewat dukungan lahan pertanian porang dan kelompok tani di NTB, NTT, dan Bali, pabrik Rezka Nayatama ditargetkan mampu menyerap sebanyak 483 ton umbi porang setiap bulannya sebagai bahan produksi. Dengan proyeksi produksi sekitar 240 ton tepung glukomanan hingga kadar 90 persen per tahun, pabrik tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri, sekaligus menyediakan ekspor ke berbagai negara seperti China, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Eropa, Vietnam, dan Thailand.