Menhub Minta Maskapai Perhatikan Daerah Terpencil: Jangan Rute Gemuk Saja

2 November 2023 13:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menhub Budi Karya Sumadi pada peresmian Bandar Udara Ewer di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Kamis (6/7/2023). Foto: Dok. Kemenhub
zoom-in-whitePerbesar
Menhub Budi Karya Sumadi pada peresmian Bandar Udara Ewer di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Kamis (6/7/2023). Foto: Dok. Kemenhub
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan industri penerbangan domestik berangsur-angsur pulih setelah terhantam pandemi COVID-19. Namun, masih ada beberapa rute yang membutuhkan perhatian lebih.
ADVERTISEMENT
Budi menuturkan, penerbangan sudah menjadi kebutuhan dasar bagi beberapa masyarakat, terutama yang berada di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal dan Pedalaman (3TP) yang membutuhkan transportasi selain kapal laut.
"Tapi sekarang untuk saudara-saudara kita yang di pulau kepulauan itu merupakan basic need. Banyak teriakan, jeritan tentang bagaimana kepastian untuk dijangkau konektivitas," katanya saat CEO Talks INACA di Jakarta, Kamis (2/11).
Padahal, kata Budi, masyarakat di daerah terpencil seperti Indonesia timur membutuhkan mobilitas untuk menunjang produktivitas. Namun di sisi lain, masyarakat di kawasan tersebut merasakan harga tiket penerbangan masih terlampau mahal.
Budi melanjutkan, saat ini pertumbuhan industri penerbangan untuk rute domestik telah mencapai 85 persen, sementara rute-rute internasional 75 persen. Dia mengakui, pemulihan ini memang belum merata.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat di bandara-bandara utama terutama itu kesibukan luar biasa. Tapi berkebalikan pada bandara-bandara kecil baik di Jawa maupun di luar Jawa itu kepadatannya sangat kurang," tutur dia.
Dengan begitu, dia meminta para maskapai penerbangan nasional yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) tidak hanya memperhatikan rute-rute gemuk saja, tapi juga yang tidak menguntungkan.
"Kita jangan bicara soal rute gemuk saja, Jakarta-Bali, Jakarta-Makassar, tetapi bagaimana saudara kita yang di Saumlaki, saudara kita yang di Miangas, itu dapat terjangkau dengan baik," tegas Budi.