Mendag Akui Protokol Kesehatan di Pasar Tradisional Masih Lemah

2 Juli 2020 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pedagang yang memasang pembatas kios menggunakan plastik melayani pembeli di Pasar Santa Jakarta. Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pedagang yang memasang pembatas kios menggunakan plastik melayani pembeli di Pasar Santa Jakarta. Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penerapan protokol kesehatan menjadi salah satu kunci pencegahan penyebaran virus corona. Hanya, saja penerapan protokol kesehatan di sejumlah pasar tradisional di Indonesia masih lemah. Banyak pedagang yang belum disiplin physical distancing dan mengenakan masker.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengakui bahwa sejumlah pasar masih lemah dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Berkaitan pasar memang kita sosialisasikan walaupun beberapa masih lemah penerapannya," kata Agus saat kunjungan ke Kepatihan Pemda DI Yogyakarta, Kamis (2/7).
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Kamis (2/7). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Agus mengaku pihaknya terus mensosialisasikan pentingnya protokol kesehatan bagi pedagang di pasar. Hanya saja pendekatan dilakukan secara persuasif dan tidak bisa dipaksakan.
"Kita memang perlu menyosialisasikan menyadarkan. Kita tidak bisa memaksa harus demikian. Jadi memang perlu ada pendekatan persuasif karena mereka melihat penjualannya menurun. Ini kepedulian kita memberikan pengarahan betapa pentingnya masker mencuci tangannya," katanya.
Menurutnya, jika sosialisasi diberikan dengan jelas maka para pedagang maupun pengunjung pasar akan menerima dengan baik. "Kalau kita jelas mereka akan menerima. Itu strategi kita," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan, pasar tradisional menjadi salah satu wilayah yang paling susah diatur. Di sisi lain pasar ini dibutuhkan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Itu (pasar) adalah wilayah paling berat untuk ngatur. Pertama tentu karena luasan pasar dibandingkan jumlah pengunjung itu sulit dilakukan pembatasan. Yang kedua pasar dibutuhkan karena dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik pedagang maupun pembelinya," kata Aji.
Untuk itu, Aji meminta kepada bupati dan wali kota agar mengatur pasar sedemikian rupa. Salah satunya dengan jalur satu arah untuk masuk dan keluar pasar tradisional.
"Ada SOP tentang pasar kepada kabupaten kota supaya pasar diatur jumlah pengunjung datang dibatasi kemudian disetop kalau sudah penuh. Tapi juga dicarikan jalan keluar setop jangan sampai berkerumun di luar. Jalur masuk dan keluar harus satu jalur," ujarnya.
ADVERTISEMENT