Masyarakat Masih Batasi Belanja, Konsumsi Rumah Tangga Stagnan

7 Mei 2018 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Belanja (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Belanja (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I 2018 mencapai 5,06% secara tahunan atau year on year (yoy). Selama periode tersebut, komponen konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang terbesar Produk Domesti Bruto (PDB) masih stagnan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal pertama tahun ini konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95% (yoy), naik tipis dari kuartal pertama 2017 yang sebesar 4,94% (yoy).
Meskipun seluruh sektor yang berhubungan dengan komponen ini naik, utamanya pada kelompok restoran dan hotel, dan kelompok kesehatan dan pendidikan, konsumsi rumah tangga tak mampu menyentuh 5%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan belum bangkitnya pertumbuhan konsumsi dalam tiga bulan awal tahun ini, karena disebabkan beberapa hal. Salah satunya pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi kuartal I 2018 lebih rendah dari kuartal I 2017.
"Uangnya untuk apa? ada yang ditabung atau yang untuk investasi," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (7/5).
Selain itu, sektor makanan dan minuman selain restoran hanya tumbuh 5,12% (yoy), melambat dibandingkan kuartal pertama tahun lalu sebesar 5,24% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi di sektor transportasi dan komunikasi yang hanya tumbuh 4,92% (yoy), melambat dibanding kuartal I 2017 sebesar 5,3% (yoy).
ADVERTISEMENT
"Peranan keduanya besar sekali. Makanan dan minuman selain restoran saja, menyumbang 40% konsumsi rumah tangga. Artinya ada switching dari konsumen. Sebab yang naik nonmakanan, yang makanan dikurangi," jelasnya.
Ilustrasi supermarket (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi supermarket (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Kenaikan penyaluran bantuan sosial (bansos) sebesar 87,61% (yoy), kenaikan nilai tukar petani (NTP), dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tak begitu signifikan mendorong konsumsi rumah tangga.
Sebab, persentase pengeluaran kelompok 40% masyarakat kelas bawah ini hanya menyumbang 17% terhadap total konsumsi rumah tangga. "Karena konsumsi lebih dipengaruhi masyarakat kelas menengah atas," kata dia.
Meski demikian, pihaknya berharap pengeluaran masyarakat akan meningkat di kuartal II tahun ini, sejalan dengan adanya puasa dan Lebaran, Asian Games, Pilkada, serta Annual Meeting IMF-World Bank.
"Konsumsi rumah tangga masih bisa lebih tinggi lagi, karena selama tahun ini ada banyak momentum penting, mulai dari Ramadhan dan Lebaran, Pilkada, Asian Games, dan Annual Meeting IMF World Bank," katanya.
ADVERTISEMENT