Klaster Usaha Rajut Ini Kesulitan Pemasaran dan Modal, Berharap Tuah KUR BRI

30 Maret 2024 6:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu-ibu anggota Klaster Erwela BRI.  Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ibu-ibu anggota Klaster Erwela BRI. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akses pemasaran menjadi salah satu persoalan yang dihadapi Klaster Erwela. Kelompok usaha binaan PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI di RW 08, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, itu sehari-harinya merajut.
ADVERTISEMENT
Hasil rajutannya berupa tas, tempat ponsel, topi, dompet, hingga taplak meja. Barang-barang tersebut dibanderol mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 350.000.
Ketua Klaster Erwela, Heni Nuryani, mengungkapkan hasil rajutan dari Klaster Erwela sejauh ini hanya di pasarkan ke warga sekitar RW 08 Lenteng Agung dan mengikuti bazar yang belum tentu ada setiap bulannya.
“Kendalanya di pemasaran karena kita bener-bener belum ada wadah selain dijual di bazar sama ke lingkungan sekitar,” kata Heni saat berbincang dengan kumparan di Kantor RW 08, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, dikutip pada Jumat (29/3).
Klaster Erwela dimulai pada 2018. Sesuai namanya, semua anggota Klaster Erwela berasal dari RW 08. Rinciannya, RW 08 berisi 14 RT. Dari 14 RT itu ada 1 perwakilan untuk bergabung di Klaster Erwela. Jumlah itu ditambah 3 orang yang ditunjuk berperan sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara.
ADVERTISEMENT
Sebelum merajut, Klaster Erwela mulanya memanfaatkan barang bekas untuk di daur ulang menjadi kerajinan seperti bunga atau hiasan meja. Mereka mulai merajut saat mendapatkan tawaran dari BRI saat mengikuti bazar di Meruyung.
“Kebetulan waktu itu pas kita ikut bazar di BRI Meruyung diangkatlah klaster rajut ini, kebetulan di kita di Kelurahan Lenteng Agung ini ada satu-satunya klaster di sini di RW 08,” terang Heni.
Hasil rajutan dari Klaster Erwela. Foto: Moh Fajri/kumparan
Pada 2023, Klaster Erwela mendapatkan bantuan dari BRI berupa mesin untuk mendukung proses merajut. Barang-barang tersebut langsung dimanfaatkan untuk memaksimalkan produksi yang mereka lakukan.
“Awal mulanya BRI ngelihat kerja kita dulu, disurvei dari BRI, terus dikasih pelatihan. Nah ternyata maju berkembang, akhirnya dikasihlah bantuan mesin jahit, mesin obras, mesin rajut,” ungkap Heni.
ADVERTISEMENT
Heni mengungkapkan adanya bantuan tersebut membuat para anggota Klaster Erwela semakin rutin merajut, yang dilakukan di Sekretariat RW 08 Lenteng Agung. Namun sekali lagi, permasalahan setelah selesai memproduksi adalah pemasarannya.
Selain itu, Heni menuturkan pihaknya ingin membuka toko yang menjual hasil rajutan. Ia menyadari ada kendala modal.
Untuk itu, Klaster Erwela sudah ada niatan mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI sebagai tambahan modal. Pihak BRI juga sudah mencoba memfasilitasinya.
Hanya saja, rencana tersebut belum rampung karena belum ada satu orang anggota Klaster Erwela yang mau menjadi penanggung jawab pengajuan KUR itu.
“Ini kita modal masih masing-masing anggota. Sebenarnya sama pihak BRI mengusahakan KUR tapi belum ada yang mau diangkat salah satu kadernya yang mau namanya dibuat di agun KUR di BRI,” kata Heni.
ADVERTISEMENT
“Bantuan dari BRI belum uang, nanti kan kita ada peningkatan ke dana KUR tapi ini belum,” tambahnya.
Heni memastikan terus berkomunikasi dengan tim BRI agar Klaster Erwela tetap bisa berkembang dengan baik. Ia menilai saat ini yang penting pihaknya tetap rutin merajut. Sembari berharap perkara akses pemasaran dan modal segera ada jawabannya.
“Enggak narget produksi, yang jelas rutin, karena bukan masalah ngejar targetnya, tapi kita pemasarannya belum. Syukur kalau BRI mau memasarkan atau membantu kita memasarkan produk kita. Mungkin nanti ke depannya harapannya seperti itu,” tutur Heni.