Jual Listrik Bersih ke PLN, Arkora Hydro Target Bangun 13 PLTA

30 Maret 2022 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proyek Cikopo, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Garut, Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 7,4 MW. Foto: Arkora Hydro
zoom-in-whitePerbesar
Proyek Cikopo, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Garut, Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 7,4 MW. Foto: Arkora Hydro
ADVERTISEMENT
PT Arkora Hydro menargetkan membangun 13 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Total kapasitas 140,5 Megawatt (MW) dengan perkiraan biaya mencapai USD 2,1 juta per MW.
ADVERTISEMENT
Dari target 13 PLTA yang dibangun, sudah ada dua PLTA beroperasi yaitu PLTA Cikopo, Jawa Barat dan Tomasa di Sulawesi Tengah. Listrik yang diproduksi dijual ke PT PLN (Persero). Totalnya 17,4 MW.
Selain itu, PLTA yang masih tahap konstruksi ada di Sulawesi Tengah-2 dengan target commisioning on date (COD) pada kuartal I 2023 dan pembangkit 5,4 MW di Lampung, Sumatera bakal beroperasi kuartal IV 2024.
"Kami sudah tanda tangan Power Purchase Agreement (perjanjian jual beli listrik) dengan PLN. Berharap Arkora bisa ikut kontribusi target pemerintah untuk capai bauran EBT 23 persen dan target karbon netral 2060," kata Presiden Direktur Arkora Hydro, Aldo Artoko, dalam keterangan tertulis, Rabu (30/3).
ADVERTISEMENT
Pada acara G20 di Yogyakarta pekan lalu, PLN dan Arkora menandatangani kerja sama strategis dengan sejumlah perusahaan energi dalam kaitannya dengan upaya menuju Karbon Netral 2060. Anak usaha Arkora Hydro, PT Arkora Energi Baru merupakan salah satu perusahaan yang ikut dalam acara tersebut dengan menandatangani kesepakatan jual-beli listrik untuk PLTM Kukusan 2.
Pembelian listrik dari PLTM Kukusan 2 akan dilakukan PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Lampung. “Penandatanganan PPA ini merupakan komitmen jangka panjang kami untuk terus membangun pembangkit listrik tenaga air yang merupakan bagian penting dari energi baru terbarukan,” kata dia.
Selain total 32,8 MW dari kapasitas terpasang dan dalam tahap konstruksi, serta kerja sama yang dijalin bersama PLN, Arkora Hydro terus aktif mengembangkan potensi-potensi tenaga air baik secara organik maupun inorganik.
Penandatangan perjanjian jual beli listrik PT Arkora Hydro dan PLN untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga EBT di sela acara 1st Energy Transition Working Group (ETWG) G20. Foto: PLN

PLTA Jadi Solusi Saat Stok Batu Bara Menipis di PLTU

Aldo mengatakan, perusahaan sudah mulai membangun PLTA sejak 2010. Diakuinya, meski biaya pembangunan PLTA mahal, tapi setelah beroperasi, produksinya lebih murah dari PLTU karena tidak menggunakan batu bara harganya fluktuatif.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku, saat batu bara di dalam negeri menipis dan harganya mahal, PLN meminta 2 PLTA Arkora menggenjot produksi listriknya agar Indonesia terhindar dari pada listrik awal tahun ini.
"Jadi, PLTA juga bisa diandalkan sebagai pembangkit beban dasar (base load power plant), yang bisa menggantikan peran PLTU Batu Bara di masa datang," ujar dia.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, PLTA merupakan penyokong terbesar pembangkit EBT. Pada 2021, gabungan pembangkit listrik tenaga air mencapai 6.601,9 MW. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional 2017, potensi PLTA mencapai 94.476 MW. Dengan kapasitas yang sekarang, potensi PLTA yang termanfaatkan baru 6,99 persen.
Proyek Tomasa, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 10 MW. Foto: Arkora Hydro
Meskipun masih kecil, sumbangan PLTA terhadap total kapasitas pembangkit EBT tergolong besar. Kontribusi PLTA dalam EBT pada tahun lalu mencapai 59 persen. Dalam RUPTL 2021-2030 juga disebutkan bahwa PLN menargetkan penambahan kapasitas PLTA sebesar 3.150 MW.
ADVERTISEMENT
"Selain tiga PLTA yang sudah beroperasi, masih ada 5 proyek lagi yang sedang kami coba bangun. Dalam 4 tahun ini sudah 100 MW yang beroperasi dan dalam jangka 7-8 tahun kita akan bertambah sampai 200 MW," ujarnya.