Jelaskan Rasio Utang, Sri Mulyani Kutip Lagu Farel: Ojo Dibanding-bandingke

30 Agustus 2022 17:22 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (28/9/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (28/9/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemerintah berhasil mempertahankan rasio utang Indonesia selama pandemi COVID-19 di 37,9 persen, salah satu yang terendah di antara negara anggota G20 dan ASEAN.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengatakan, rasio utang turun dari 40,7 persen ke 37,9 persen pada 2020-2021 menggambarkan Indonesia terus melakukan konsolidasi fiskal tanpa melepaskan tujuan dan objektif menjaga momentum pemulihan ekonomi.
"Perbandingan ini untuk memberikan kita sense, walaupun kalau menurut Farel (penyanyi Farel Prayoga) seharusnya ojo dibanding-bandingke, tapi kita melakukan sebagai bentuk kita memahami konteks respons policy dari sisi fiskal, moneter, struktural," katanya saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Selasa (30/8).
Menkeu menjelaskan, rasio utang yang rendah tersebut terlihat dari fakta bahwa Indonesia termasuk negara dengan kenaikan defisit fiskal yang paling moderat untuk pemulihan ekonomi nasional.
Dia memaparkan, Indonesia hanya menaikkan defisit fiskal di APBN secara akumulatif di tahun 2020-2021 sebesar 10 persen. Angka ini sangat kecil daripada negara lain yang bisa di atas 20 persen.
ADVERTISEMENT
"Negara lain yang menggunakan instrumen fiskal bahkan sampai 15-16 persen, Kanada, Prancis, South Africa, Australia, Jepang, China, Italia dan bahkan di atas 20 persen tambahan defisit dalam 2 periode seperti Inggris, India, dan AS," jelasnya.
Sri Mulyani mencontohkan, India dengan defisit fiskal 23 persen hanya menghasilkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto 13 persen dari sebelum pandemi COVID-19.
"Indonesia hanya 10 persen defisit untuk bisa kembali ke pre-COVID-19 di 7,1 persen, bahwa kita cukup hati-hati dan proporsional dalam menggunakan instrumen fiskal kita," ujarnya.
Penyanyi cilik Farel Prayoga bernyanyi dalam upacara HUT ke-77 RI di Istana Merdeka. Foto: Dok. Youtube Setpres
Pencapaian tersebut, lanjut dia, juga didukung oleh upaya Bank Indonesia (BI) mengkombinasikan bauran fiskal dan moneter dengan apik dan tepat, sehingga dampaknya ke pertumbuhan ekonomi maksimal, namun dengan defisit yang moderat.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, rasio utang Indonesia adalah termasuk yang paling rendah di negara G20 ASEAN-6. Bahkan rasio 40,7 persen sekarang sudah terkoreksi ke bawah di 37 persen," papar Menkeu.
Semangat menjaga rasio utang nasional rendah tersebut, kata Menkeu, akan diteruskan dalam pembahasan UU APBN 2023 bersama Badan Anggaran DPR.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan pemerintah menargetkan penarikan utang baru sebesar Rp 696,3 triliun. Hal ini untuk mendanai defisit dalam APBN 2023 yang direncanakan 2,85 persen.
Adapun angka ini menurun jika dibandingkan dengan APBN 2022 yang sebesar Rp 870,5 triliun maupun outlook di tahun ini Rp 757,6 triliun.
Di sisi lain, pemerintah juga akan melakukan belanja pembayaran bunga utang dalam dan luar negeri di tahun depan sebesar Rp 441,4 triliun. Untuk pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp 426,8 triliun dan pembayaran bunga utang luar negeri Rp 14,6 triliun.
ADVERTISEMENT