Jaga Pasokan saat Konflik Iran-Israel, Pertamina Andalkan Produksi di Asia

19 April 2024 20:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Pertamina Patra Niaga memastikan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) stabil selama eskalasi konflik Iran dan Israel yang semakin panas. Perusahaan mengandalkan produksi dari dalam negeri dan kawasan Asia.
ADVERTISEMENT
Manager Media & Stakeholder Management Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, mengatakan perusahaan terus memonitor situasi yang berkembang dan mempengaruhi harga minyak dunia dan komponen produksi BBM dalam negeri.
"Dinamika harga yang fluktuatif ini telah dimitigasi agar tidak mengganggu operasional perusahaan," katanya saat ditemui di kantor BPH Migas, Jumat (19/4).
Heppy mengatakan, Pertamina Patra Niaga mengelola risiko kenaikan biaya akibat pelemahan nilai tukar dengan beberapa mitigasi seperti hedging nilai valas, efisiensi biaya distribusi, mencari sumber LPG dan BBM yang paling optimum.
Dia melanjutkan, perusahaan menjaga stok BBM di level yang optimum untuk mengantisipasi potensi disrupsi pasokan. Saat ini, kata dia, relatif tidak ada ketergantungan BBM dari Timur Tengah
"Terkait stok atau suplai BBM terus dijaga di level 20 hari dan telah diamankan dari produksi kilang dan kargo dari kawasan Asia," ungkap Heppy.
ADVERTISEMENT
Sebagai Badan Usaha penugasan, lanjut Heppy, Pertamina Patra Niaga terus berkomitmen untuk menjaga pasokan BBM dan LPG nasional dan menyalurkan LPG dan BBM sesuai kebutuhan masyarakat, guna mendukung kegiatan ekonomi dan konsumsi dalam negeri.
"Terkait harga BBM dan LPG, Pertamina Patra Niaga juga berkomitmen mendukung kebijakan dan upaya Pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif," pungkas Heppy.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mencari beberapa alternatif impor minyak dan gas (migas) selain dari wilayah Timur Tengah, yang distribusinya terkendala konflik Iran-Israel.
Arifin menuturkan, mayoritas impor minyak mentah Indonesia yaitu Arab Saudi dan Nigeria. Sementara impor LPG paling besar dari Amerika, disusul oleh Uni Emirat Arab dan Qatar.
"Kita sendiri stok cukup tergantung dengan komoditasnya antara 17-30 hari. Ini memang Pertamina sudah mengambil langkah-langkah pengamanan kalau nanti mengalami kesulitan suplai terutama dari delivery dari daerah konflik," ujar Arifin saat Halal bi Halal dengan media, Jumat (19/4).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Pertamina lebih banyak mengimpor BBM dibandingkan minyak mentah. Arifin menyebut, Indonesia mengimpor minyak mentah kurang lebih 240 ribu barel per hari, sementara BBM Indonesia setara sebesar 600 ribu barel per hari dari kilang Singapura, Malaysia, dan India.
Arifin mengungkapkan sumber alternatif impor LPG selain dari Timur Tengah yakni Benua Amerika dan Australia yang distribusinya tidak melalui wilayah konflik, dalam hal ini Selat Hormuz dan Terusan Suez.
Sementara untuk alternatif sumber minyak mentah, Arifin mengungkapkan ada potensi dari Benua Afrika dan Amerika Latin selain Venezuela. Pasalnya, Venezuela masih terkena sanksi embargo dari AS.
"Kalau kita lihat mapping-nya kan kita bisa kalau dari beberapa negara Afrika kan tidak lewat (wilayah konflik), kemudian juga dari Latin, mungkin ada yang baru Guyana, Mozambik. (Kalau) Venezuela disetrap," lanjut Arifin.
ADVERTISEMENT