Industri Mebel Juga Terimbas Corona, 280.000 Karyawan Dirumahkan

8 April 2020 11:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja sedang mengerjakan pembuatan meja di Industri Mebel Jatinegara Kaum, Jakarta TImur, Rabu (27/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja sedang mengerjakan pembuatan meja di Industri Mebel Jatinegara Kaum, Jakarta TImur, Rabu (27/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Keluhan datang bertubi-tubi dari kalangan pengusaha di tengah pandemi COVID-19. Setelah sebelumnya pengusaha ritel, hotel dan restoran terpaksa merumahkan ratusan ribu pegawai, kini giliran pengusaha di industri furnitur yang merumahkan 280.000 pegawainya.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan, situasi krisis yang terjadi saat ini lebih berat dibanding tahun 1998 lalu. HIMKI merupakan salah satu perkumpulan perusahaan furnitur yang berorientasi ekspor.
"Krisis ini agak beda 97-98 dulu yang sifat domestik dan regional. Temen-temen itu posisi diuntungkan karena nilai tukar rupiah merosot pada saat-saat itu kaya mendadak," katanya kepada kumparan, Rabu (8/4).
Industri furnitur merupakan salah satu sektor yang paling membutuhkan banyak tenaga kerja. Secara total ada 2,1 juta pekerja yang menggantungkan hidupnya melalui industri ini.
Krisis ekonomi yang terjadi pada saat ini membuat perusahaan furnitur melakukan efisiensi besar-besaran. HIMKI di dalamnya terdapat 3.500 perusahaan.
"Ada 400.000 pekerja di pabrik, 70 persennya dirumahkan," ucap Sobur.
Pekerja menyelesaikan pembuatan kursi di salah satu industri mebel rotan di Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Antara/Basri Marzuki
Negara-negara tujuan ekspor sebagian tidak menerima pesanan lagi karena setop beroperasi. Sebagian lainnya mengalami penundaan pesanan hingga tidak bisa mengirim barang pesanan. Mayoritas produk-produk furnitur diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.
ADVERTISEMENT
Sobur melanjutkan, bagi perusahaan sehat dan besar mampu mempertahankan pegawai sekitar 8 minggu. Tetapi bagi perusahaan kelas menengah dan bawah bisa lebih pendek atau bahkan 1 pekan.
"Saya merasakan ini minggu ke empat cash flow habis. Artinya membayar gaji bulan April sudah sulit," tegasnya.
Minta Bantuan BLT Dipercepat
Sobur menekankan kepada pemerintah supaya segera mencairkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada pegawai yang dirumahkan. Sebab dalam kondisi saat ini para pegawai tidak memiliki penghasilan harian.
"Berkaca pada negara lain pemerintah harus memberi tindakan bantuan tunai pada sektor padat karya karena mereka tidak punya penghasilan," jelas Sobur.
Saat ini, perusahaan sudah kesulitan membayarkan gaji pegawai. Oleh karena itu jika bantuan tidak segera datang, maka akan berpotensi gejolak sosial. Sobur pun memproyeksikan kondisi virus ini baru bisa pulih sekitar bulan September 2020.
ADVERTISEMENT
"Bisa keos, karena perut kosong," cetusnya.
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!