Gibran Sebut Biofuel Sawit Turunkan Impor Minyak, Data BPS Justru Naik

22 Januari 2024 11:41 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
Paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024) Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024) Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cawapres 02 Gibran Rakabuming menyebut penggunaan bahan bakar nabati atau biofuel dari sawit Indonesia telah menurunkan impor minyak. Tapi data Badan Pusat Statistik (BPS) justru menunjukkan sebaliknya, impor minyak Indonesia terus menunjukkan kenaikan.
ADVERTISEMENT
Pasangan cawapres bagi Prabowo Subianto itu mengatakan, Indonesia tidak boleh lagi tergantung pada energi fosil. Karenanya jika terpilih sebagai presiden dan wapres, Prabowo-Gibran akan terus mendorong energi hijau yang berbasis bahan baku nabati.
"Seperti yang saya katakan tadi, bioethanol, bio avtur, dan biodiesel. Sekarang sudah terbukti dengan adanya B35 dan B40 ini sudah mampu menurunkan nilai impor minyak kita," papar Gibran di sesi tanya jawab dari panelis di debat cawapres, Minggu (21/1).
Berbeda dengan pernyataan Gibran, penggunaan biofuel sawit termasuk B35 dan B40 tidak berbanding lurus dengan penurunan impor minyak mentah. Data BPS justru menunjukkan, impor minyak mentah Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan tren kenaikan.
Impor minyak mentah di 2023 hingga September misalnya, mencapai 13,29 juta ton. Angka itu naik dibandingkan periode yang sama di 2022, di mana impor minyak mentah Indonesia sebesar 11,22 juta ton.
ADVERTISEMENT
Dalam outlook energi yang dirilis korporasi global BP, kebutuhan minyak dan gas bumi (migas) hingga 2050 memang terus menunjukkan kenaikan. Walaupun dalam bauran energi, secara persentase porsi migas menurun digantikan oleh energi baru terbarukan (EBT).
Pada 2050, BP memproyeksi porsi migas dalam bauran energi tinggal 20 persen hingga 55 persen. Jatuh dari 80 persen di 2019. Sementara penggunaan EBT naik dari 10 persen di 2019 jadi 35 persen hingga 65 persen di 2050.
Tren serupa juga terjadi di Indonesia. Studi Dewan Energi Nasional (DEN) menunjukkan kebutuhan energi di 2021 sebesar 400 juta ton setara minyak. Dari kebutuhan sebesar itu, 51 persen disumbang migas.
Pada 2050, kontribusi migas memang menurun jadi 44 persen. Tapi dari kebutuhan energi yang sudah melonjak jadi 1.000 juta ton setara minyak.
ADVERTISEMENT
,meningkatkan nilai tambah produksi sawit dalam negeri, dan juga lebih ramah lingkungan.
Pembangunan rendah karbon diperlukan untuk mewujudkan net 0 emsioon tahun 2060 melalui pemanfaatan SDA yang efisien dan eksklusif. Namun praktik pembangunan masih berorientasi pada ekonomi ekstraktif. Bagaimana kebijakan paslon untuk mengarusutamakan pembangunan rendah karbon yang berkeadilan
Jawaban Gibran
Jika kita bicara masalah karbon, tentunya kita harus menyinggung juga masalah pajak karbon, carbon storage, dan juga carbon capture. Agenda ke depan tentu kita harus mendorong transisi menuju energi hijau.
Sekali lagi tantangannya di sini adalah mencari titik keseimbangan atau titik tengah. Kita ingin menggenjot hilirisasi industri tapi kita juga wajib menjaga kelestarian lingkungan. Kita ingin meningkatkan produktivitas petani dan sektor maritim tapi kita juga wajib menjaga keseimbangan alam.
ADVERTISEMENT