Freeport Ditargetkan Setor Dividen USD 1 Miliar ke Negara Mulai 2023

30 Juni 2020 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi Freeport Indonesia. Foto: Antara/M. Agung Rajasa
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Freeport Indonesia. Foto: Antara/M. Agung Rajasa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) diambil alih PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, raksasa tambang itu belum mampu menyetorkan dividen ke negara. Ketidakmampuan ini akan berlangsung selama dua tahun sejak 2019 hingga akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, mulai tahun 2021, perusahaan menargetkan PTFI menyetor dividen USD 350 juta. Lalu, pada 2023 hingga tahun selanjutnya, dividen akan diprediksi minimal USD 1 miliar.
"Level produksi di 2021 akan sama ekspektasinya seperti 2018, jadi harganya tembaganya di 2018, kami ekspektasi dapat dividen 2021 itu USD 350 juta dan akan meningkat bertahap, lalu kami ekspektasi akan menerima minimal USD 1 miliar di 2023 dan seterusnya," kata Direktur Utama Inalum Orias Petrus Moedak di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (30/6).
Jauh sebelum Orias menjadi Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin yang memimpin perusahaan ini sudah menyatakan tak akan ada penerimaan ke negara selama dua tahun berturut-turut dari tambang Freeport. Pasalnya, perusahaan tengah fokus pada tambang bawah tanah yang belum berproduksi. Sedangkan tambang terbuka Grasberg sudah tidak berproduksi lagi.
Dirut Inalum Orias Petrus Moedak. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Inalum mengakuisisi mayoritas saham PTFI pada akhir 2018 lalu. Biaya yang harus dikeluarkan dari kocek perusahaan senilai USD 3,85 miliar. Perusahaan pun mencari dana hingga USD 4 miliar yang merupakan penerbitan surat global terbesar yang pernah ada.
ADVERTISEMENT

Cari Utang Baru

Usai mendapatkan pendanaan dari pasar saham internasional, Inalum membayar secara tunai ke Freeport. Orias mengatakan pinjaman yang didapat perusahaan dari utang global saat ini masih dicicil dengan tenor beragam, mulai dari 3 tahun hingga 30 tahun ke depan dengan rata-rata bunganya 6 persen atau sekitar USD 240-250 juta per tahun.
Utang yang tenornya 3 tahun akan jatuh tempo pada 2021 senilai USD 1 miliar dan tenor 5 tahun jatuh tempo pada 2023 sebesar USD 500 juta, perusahaan pun mencari utang baru dengan menerbitkan global bond senilai USD 2,5 miliar beberapa waktu lalu.
"Jadi kami terbitkan pinjaman USD 2,5 miliar dan kami refinancing yang jatuh tempo. Jadi setengahnya kami bayar. Jadi USD 1 miliar kami bayar untuk setengah utang di 2021 (USD 500 juta) dan USD 500 juta untuk 2023. Jadi tekanan kami untuk bayar utang tahun depan enggak seberat kalau kami tidak melakukan apa-apa (terbitkan global bond)," ujar dia.
ADVERTISEMENT