ESDM: Daya Saing Perdagangan RI Bergantung Keberhasilan Transisi Energi

6 Maret 2024 14:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (6/2/2024). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (6/2/2024). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menegaskan transisi energi yang dilakukan pemerintah adalah bagian dari meningkatkan daya saing Indonesia. Dia mencontohkan daya saing di perdagangan internasional.
ADVERTISEMENT
"Misalnya, kalau kita produksi suatu barang, pabrik smelter, pabrik kimia, bahan makanan, ditanya carbon footprint bagaimana, dalam proses produksi CO2 berapa banyak yang dirilis. Ini ditanya kalau kita mau ekspor," kata Dadan dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (6/2).
Menurutnya, bila produk perdagangan Indonesia belum memenuhi standar dunia, hal itu akan mengurangi daya saing produk-produk di Tanah Air. Apalagi, Carbon Border Tax di Eropa akan berlaku 2026. Dadan membuat perumpamaan apabila daya saing perdagangan Indonesia masih tertinggal dari negara lain.
"Kalau kita produksi barang harganya 100 euro, kita ekspor ke Eropa, sama Vietnam juga produksi harganya sama, 100 euro per ton. Masuk ke border Uni Eropa, ditanya mana catatan karbonnya," ujar Dadan.
ADVERTISEMENT
Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat sosialisasi Perpres No 112/2022 secara virtual, Jumat (7/10/2022). Foto: Dok. Istimewa
Dadan menyebut saat Indonesia masih menggunakan energi listrik PLN dari proses produksi barang yang diekspor, sementara Vietnam menghasilkan produk ekspor dari energi yang lebih ramah lingkungan, maka Indonesia bisa dikenakan pajak yang lebih tinggi.
"Ini mungkin ya, kalau begitu barang Indonesia dikasih pajak 10 euro, dan Vietnam 1 euro. Barang kita jadi 110 euro, Vietnam jadi 101 euro. Barang kita kurang daya saingnya di situ. Ini sesuatu kenapa kita harus dorong transisi energi," tutur Dadan.
Kementerian ESDM mencatat, Indonesia memiliki potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang sangat melimpah. Mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, dan juga laut yang total potensinya 3.686 gigawatt (GW). Dadan menegaskan potensi ini harus benar-benar dimanfaatkan.
ADVERTISEMENT
"Daya saing enggak boleh turun. Daya saing dipengaruhi bagaimana kita mengelola, memproses sumber daya alam yang kita punya," ujar Dadan.