Emiten Milik Sandiaga Uno, Saratoga, Raup Dividen Rp 1,4 T di Semester I 2022

29 Juli 2022 11:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri pelatihan UMKM di Gorontalo, Rabu (13/7/2022). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri pelatihan UMKM di Gorontalo, Rabu (13/7/2022). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Emiten milik Menparekraf Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), meraih dividen sebesar Rp 1,4 triliun di semester 1 2022. Pencapaian itu naik 58 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 866 miliar.
ADVERTISEMENT
Pendapatan dividen tersebut terutama dikontribusikan oleh PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). Sementara, kenaikan nilai portofolio investasi mendorong Net Asset Value (NAV) Saratoga mencapai Rp 60 triliun, atau tumbuh 29 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 senilai Rp 46,5 triliun.
Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaja, menjelaskan pertumbuhan NAV yang konsisten menjadi salah satu indikasi keberhasilan Perseroan dalam menjalankan strategi investasi di tengah berbagai situasi. Kinerja positif perusahaan yang sejalan dengan pemulihan ekonomi juga menunjukkan bahwa investasi Saratoga memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kami percaya bahwa ruang pertumbuhan bisnis portofolio Saratoga masih terbuka lebar, sehingga nilai investasi Perseroan akan terus meningkat. Saratoga juga akan melanjutkan investasi pada aset-aset di sektor strategis yang berdampak luas bagi kebangkitan ekonomi bangsa,” ujar Michael melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (29/7).
ADVERTISEMENT
Sejumlah langkah telah dilakukan Saratoga untuk mengoptimalkan peluang-peluang investasi di masa depan. Di antaranya, Saratoga melakukan divestasi 3 persen saham Perseroan di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) senilai Rp 2,2 triliun kepada Digital Bersama Infrastructure Asia Pte Ltd (BDIA).
Ilustrasi Saratoga Investama Sedaya Foto: kumparan
Divestasi saham tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi internal yang dilakukan Saratoga bersama dengan Provident Group untuk memperkuat strategi investasi di sektor infrastruktur digital seperti menara telekomunikasi, fiber optic, dan data center. Pasca divestasi saham TBIG, Saratoga saat ini memiliki 35,2 persen saham BDIA dan 9,3 persen saham TBIG melalui anak usaha yang dimiliki penuh.
“Divestasi saham TBIG ke BDIA bertujuan memperkuat strategi dan eksekusi dari setiap rencana investasi Saratoga, termasuk bekerjasama dengan mitra-mitra baru. Sebagai bagian dari restrukturisasi, kami berhasil menandatangani kerjasama dengan Macquarie Asset Management sebagai mitra strategis di BDIA,” kata Michael.
ADVERTISEMENT
Investasi Baru
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengungkapkan hingga semester I 2022 Saratoga telah melakukan beberapa investasi baru untuk memperluas portofolionya. Seperti pendanaan terhadap AtriaDC, perusahaan penyedia layanan data center ramah lingkungan yang berlokasi di dalam kota. Investasi Saratoga pada AtriaDC ini merupakan bentuk komitmen dan dukungan terhadap percepatan digitalisasi yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Saratoga juga melakukan investasi baru pada Forest Carbon, perusahaan pengembang proyek karbon premium yang berdiri pada tahun 2012. Forest Carbon melestarikan hutan dan lahan basah, melindungi keanekaragaman hayati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk hidup sejahtera. Aktivitas tersebut menghasilkan kredit karbon yang dapat digunakan perusahaan-perusahaan global ternama untuk turut berpartisipasi dalam mendukung usaha pencegahan perubahan iklim global.
ADVERTISEMENT
Bisnis kredit karbon menjadi salah satu industri baru yang potensial mengingat Indonesia memiliki cadangan karbon yang sangat besar, termasuk di dalamnya kaya akan hutan hujan tropis (rainforest) dan lahan basah yang penting, di mana wilayah Indonesia mencakup sepertiga luasan lahan gambut dunia.
“Proyek-proyek Forest Carbon sukses merestorasi lahan gambut, melindungi spesies yang terancam punah termasuk harimau Sumatera, dan mendukung masyarakat lokal dengan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja. Melindungi dan melestarikan alam Indonesia menjadi investasi penting bagi Saratoga untuk memberikan dampak sekaligus membantu dalam memitigasi perubahan iklim,” terang Devin.
Devin menegaskan investasi Saratoga tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, disiplin, terukur dan efisien. Hal itu tercermin dari rasio biaya operasional tahunan terhadap NAV hanya sebesar 0,3 persen dan rasio pinjaman bersih terhadap NAV hanya 0,5 persen.
ADVERTISEMENT
Sampai akhir semester I, posisi utang bersih Saratoga sebesar Rp 296 miliar, berkurang jauh dibandingkan akhir kuartal I 2022 sebesar Rp 3 triliun. Berkat efisiensi Perseroan dan kinerja positif portofolio investasi, Saratoga berhasil memperkuat posisi keuangan di semester I 2022.
“Efisiensi biaya operasional dan beban pinjaman ini juga menjadi bagian dari strategi investasi yang dilakukan Saratoga. Dengan posisi utang saat ini, secara fundamental Saratoga memiliki kemampuan yang semakin kuat dalam menjalankan investasi di masa yang akan datang,” tutur Devin.