Ekonom Minta Pemerintah Tetap Waspada Ancaman Resesi, Ini Alasannya

7 November 2022 15:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. Foto: Jafrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. Foto: Jafrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekonom meminta pemerintah tetap mewaspadai ancaman resesi global di 2023. Sebab, resesi tersebut dinilai berdampak juga ke Indonesia mulai dari ekspor hingga kaburnya dana asing.
ADVERTISEMENT
Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira, menyebut resesi global adalah ancaman yang serius. Hasil simulasi dari beberapa lembaga internasional, kata Bhima, mengungkapkan adanya proyeksi penurunan pertumbuhan negara berkembang di 2023 menjadi 1,8 persen.
Bhima mengatakan tekanan resesi juga berdampak ke pelemahan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia. Padahal selama dua tahun terakhir rupiah bisa stabil karena surplus perdagangan.
"Resesi juga menimbulkan risk off atau pelarian dana asing mencari aset aman berdenominasi dolar AS. Risiko lain adalah ancaman krisis pangan karena masing masing negara membatasi ekspor pangan maupun pupuk," kata Bhima kepada kumparan, dikutip Senin (7/11).
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Bhima melanjutkan, biaya produksi pertanian yang naik tidak hanya memicu inflasi, tetapi juga berimbas ke kemiskinan. "Kita perlu waspada. Tapi pola komunikasinya diatur. Pemerintah harus memiliki dua track komunikasi," tegas Bhima.
ADVERTISEMENT
Pertama, memberikan optimisme dan dorongan belanja juga dibarengi dengan relaksasi pajak PPN bagi kelas atas. Porsi konsumsi 20 persen pengeluaran teratas lebih dari 40 persen dari total nasional. "Kalau orang kaya mau belanja, ekonomi bisa tetap bergerak," terang Bhima.
Kedua, memberikan imbauan pada kelas menengah rentan agar menahan gaya hidup dan lebih banyak berhemat. "Kebijakan yang ditunggu adalah penambahan BSU, bansos tunai hingga pembukaan lapangan kerja secara masif," tutur Bhima.
Di sisi lain, Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky menilai ancaman resesi di 2023 tidaklah menakutkan. Dia mengungkapkan banyak data dan analisis yang menunjukkan ekonomi Indonesia mampu bertahan di tengah ketidakpastian yang terjadi di 2023.
"Ancaman resesi tidak seseram itu. Yang perlu dilakukan pemerintah menjaga agar inflasi tetap terkendali," ungkap Riefky.
ADVERTISEMENT
Jika inflasi terus meningkat, kata Riefky, pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat rentan melalui penambahan bansos. Peran bank sentral juga diperlukan dalam kondisi tersebut.
"Dari sisi nilai tukar rupiah, Bank Indonesia perlu menjaga stabilitas. Ini akan semakin sulit dengan semakin agresifnya The Fed. Respons Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah melalui berbagai intervensi harus terus dilanjutkan," tutur Riefky.