Dolar AS Diramal Akan Perkasa di Rp 14.700 Pada Akhir 2019

21 Januari 2019 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080.  (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu perlambatan ekonomi China dan momentum tahun politik diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2019. Dolar AS diprediksi akan terus menguat hingga menyentuh level tertingginya pada angka Rp 14.700 di akhir 2019.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, dolar AS dinilai akan sulit untuk kembali ke level tertingginya di Rp 15.200 yang sempat terjadi pada periode Oktober 2018. Pada 2018, rupiah melemah karena banyak sentimen seperti kenaikan suku bunga the Fed, perang dagang AS-China, krisis mata uang Turki dan Yunani, hingga defisit transaksi berjalan Indonesia.
Bhima Yudhistira, analis Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), menyatakan ekonomi China nantinya sangat berperan di dalam memperlemah kurs rupiah sepanjang 2019 karena permintaan komoditas asal Indonesia, seperti karet, sawit, dan batu bara diprediksi akan menurun.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. (Foto: Jafrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. (Foto: Jafrianto/kumparan)
Hal ini selanjutnya akan memicu terjadinya defisit neraca perdagangan Indonesia. Defisit perdagangan melebar kemudian diikuti defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang nantinya akan menjadi faktor dominan atau sentimen negatif dalam menekan rupiah dan memperkuat nilai tukar dolar AS pada level Rp 14.700 di penghujung 2019.
ADVERTISEMENT
"Investor mulai menjual rupiah, dan beralih membeli investasi lain yang lebih stabil seperti emas, Yen Jepang, dan dolar AS," ujar Bhima kepada kumparan, Senin (21/1).
Event politik nasional yang dijadwalkan diselenggarakan sepanjang tahun 2019, seperti rangkaian pilpres dan pelantikan kabinet baru di bulan November pun akan turut serta menjadi faktor pendorong pelemahan rupiah.
Hasil pemilu dan perubahan susunan kabinet akan mengubah strategi ekonomi nasional untuk periode 2019-2024. Ujung-ujung, hasil tahun politik 2019 akan mempengaruhi perdagangan kurs rupiah.