Dilema Kemenkeu Soal Cukai Rokok: Antara Pendapatan dan Kesehatan

23 Agustus 2020 16:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bea Cukai amankan 4,47 juta batang rokok ilegal. Foto: Ditjen Bea Cukai
zoom-in-whitePerbesar
Bea Cukai amankan 4,47 juta batang rokok ilegal. Foto: Ditjen Bea Cukai
ADVERTISEMENT
Mengelola cukai rokok dan tembakau bukan perkara gampang. Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Nirwala Dwi Heryanto mengungkapkan, pihaknya harus memikirkan berbagai sektor yang membawa kepentingannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan sektor yang dimaksudnya adalah mulai dari kesehatan, industri, tenaga kerja, pertanian, sampai perdagangan.
“Inilah sulitnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan kesehatan dengan kepentingan perindustrian. Di sisi lain Kementerian Keuangan juga harus nyari uang,” kata Nirwala saat webinar yang diselenggarakan Akurat Poll, Minggu (23/8).
Nirwala mengatakan saat ini yang harus dipikirkan adalah bagaimana mengharmonisasi kepentingan dari masing-masing sektor. Ia merasa tidak bisa hanya mengedepankan sektor kesehatan dengan menekan konsumsi rokok di Indonesia.
“Konsumsi rokok harus turun tapi juga di sisi lain industri harus tetap dipelihara, tetap hidup, karena kaitannya nanti dengan pertanian, tenaga kerjanya bagaimana,” ujar Nirwala.
Petani tembakau di Pamekasan, Jawa Timur. Foto: Antara/Saiful Bahri
Untuk itu, Nirwala menegaskan dalam mengambil kebijakan terkait industri rokok ini tidak bisa sembarangan. Ia mencontohkan saat mengambil kebijakan menaikkan tarif cukai rokok.
ADVERTISEMENT
Nirwala memastikan kenaikan tersebut juga sudah memperhitungkan kepentingan beragam sektor yang ada. Sebab, kata Nirwala, kalau mendahulukan kesehatan tentu sektor industri akan teriak. Begitu juga sebaliknya.
“Kita naikkan juga enggak bisa sembarangan, pengendalian juga konsumsi yang legal maupun ilegal. Sekarang rokok naik, tarifnya tinggi mereka akan mencoba membeli rokok yang lebih murah asal rasanya masih masuk, beli rokok yang lebih murah,” ungkap Nirwala.