Bos Freeport Pamerkan Tambang RI Paling Maju se-ASEAN

3 September 2023 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presdir PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, meninjau lokasi di Gresik tempat pembangunan proyek smelter milik PTFI. Foto: Wendiyanto Saputro/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presdir PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, meninjau lokasi di Gresik tempat pembangunan proyek smelter milik PTFI. Foto: Wendiyanto Saputro/ kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas mengungkapkan, pertambangan Indonesia paling maju dibandingkan negara ASEAN lainnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau bicara soal pertambangan, Indonesia sudah jelas di ASEAN yang paling maju," kata Tony di Hotel Sultan, Minggu (3/9).
"Kita punya hampir semua mineral, walaupun di Filipina juga pertambangannya bagus, Vietnam juga ada beberapa, Thailand juga ada beberapa,” imbuhnya.
Tony bilang sektor pertambangan Indonesia memiliki potensi lebih tinggi untuk menarik investor mancanegara ketimbang negara ASEAN lainnya. Meski begitu, Tony menyebut pemerintah perlu menjaga kestabilan politik hingga ekonomi Indonesia.
“Salah satu yang dominan adalah hilirisasi dari pertambangan itu sendiri. Itu salah satu yang dominan. Jadi Indonesia lagi menarik untuk investasi, mudah-mudahan terus seperti itu,” terang dia.
Tony melanjutkan, PTFI akhirnya melakukan ekspor konsentrat tembaga sejak 26 Juli 2023 yang lalu. Hal itu sejalan dengan relaksasi yang diberikan Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Adapun Jokowi memberikan relaksasi untuk PTFI melakukan ekspor tembaga hingga pertengahan 2024. Relaksasi itu diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2023 tentang Kelanjutan Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri yang diundangkan pada 9 Juni 2023.
Dalam beleid tersebut dijelaskan, perusahaan diberikan kesempatan menjual tembaga ke luar negeri hingga 31 Mei 2024.
"Iya sudah boleh ekspor, sudah sekitar, kalau enggak salah 26 Juli. Jadi walaupun terlambat 44 hari (dari relaksasi Jokowi)," tandasnya.