Bisnis Travel Agent Makin Terpuruk, Pegawai Terpaksa Cuti Tanpa Dibayar
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
"Makin parah, (penurunan) 90 persen. Semakin banyak negara yang lockdown bisa jadi 100 persen," ujar Pauline ketika dihubungi kumparan, Selasa (17/3).
Dalam situasi tersebut, Pauline mengatakan usaha masih tetap dihadapkan dengan biaya operasional yang harus terus dibayar. Tak elak, banyak usaha travel agent yang kemudian mengenakan cuti tidak dibayar (unpaid leave) kepada para karyawannya.
"40 persen (pegawai yang di-unpaid leave). Sekarang sementara 1 minggu, kalau enggak membaik akan jadi 2 minggu," terangnya.
Kabid Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga Astindo, Anton Sumarli menambahkan, pihaknya tidak bisa memberlakukan Work from Home (WFH). Pasalnya, banyak pekerjaan travel agent yang mesti dilakukan secara manual dan tatap muka.
"Dalam bisnis travel agent ada beberapa hal yang tidak bisa dikerjakan di rumah, seperti pengurusan dokumen, visa dan hal-hal lainnya," kata dia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Anton pun tak memungkiri bisnis travel agent saat ini memang tengah susah, hal itu lah yang menjadikan pihaknya tidak sanggup untuk tetap membayar para pegawai secara WFH. Sehingga, lebih memilih mengenakan unpaid leave.
"Unpaid leave satu-satunya jalan win-win dengan pegawai dibanding dengan PHK. Dengan harapan masalah ini berlalu, pegawai bisa kembali kerja lagi seperti biasa," ujar dia.