BI Sambut Baik Kenaikan Peringkat Utang Indonesia oleh 3 Lembaga Asing

31 Mei 2019 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS / Iqro Rinaldi
zoom-in-whitePerbesar
Logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS / Iqro Rinaldi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) Global Ratings meningkatkan peringkat utang jangka panjang atau sovereign credit rating Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil pada 31 Mei 2019. Dengan demikian, Indonesia kini memperoleh status layak investasi atau investment grade dari ketiga lembaga pemeringkat internasional, yakni S&P, Moody's, dan Fitch.
ADVERTISEMENT
"Hal ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga rating tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia, didukung oleh sinergi kebijakan moneter, sektor keuangan, dan fiskal yang diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi, dengan tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam keterangannya, Jumat (31/5).
Ke depan, lanjut Perry, BI dan pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melanjutkan reformasi struktural untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, berimbang, dan inklusif.
Dalam laporannya, S&P menegaskan salah satu faktor kunci yang mendukung kenaikan peringkat utang adalah prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dukungan kebijakan otoritas yang diyakini akan tetap berlanjut pasca-terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo. Selain itu, perbaikan sovereign credit rating Indonesia juga didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang cukup baik.
ADVERTISEMENT
Ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang memiliki tingkat pendapatan yang sama (peers). Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah telah efektif mendukung pembiayaan publik yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang.
Gubernur BI Perry Warjiyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Secara rata-rata dalam sepuluh tahun terakhir, pendapatan riil per kapita Indonesia tumbuh meyakinkan sebesar 4,1 persen, jauh lebih tinggi daripada negara peers yang tercatat rata-rata sebesar 2,2 persen. Hal ini dinilai sebagai dinamika ekonomi Indonesia yang konstruktif di tengah lingkungan eksternal yang penuh tantangan dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih lanjut, pertumbuhan konsumsi sebagai kontributor utama terhadap pertumbuhan PDB juga diikuti oleh investasi sebagai kontributor yang cukup besar selama lima tahun terakhir. Tren ini dinilai akan terus berlanjut jika pemerintahan Jokowi melanjutkan komitmennya untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur dan sumber daya manusia.
ADVERTISEMENT
Di sisi fiskal, rasio utang pemerintah diperkirakan stabil selama beberapa tahun ke depan sebagai cerminan dari proyeksi keseimbangan fiskal yang juga stabil. Rasio utang pemerintah terhadap PDB diperkirakan tetap sehat di bawah 30 persen seiring dengan terjaganya defisit fiskal dan pertumbuhan PDB.
Di sisi eksternal, keputusan BI menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 175 bps dianggap sebagai kebijakan yang proaktif, sehingga Indonesia mampu mengatasi risiko yang bersumber dari kerentanan eksternal.
Selain itu, S&P juga meyakini bahwa Indonesia tidak menghadapi risiko yang luar biasa terhadap pembiayaan eksternal. Hal ini karena didukung oleh akses terhadap pasar keuangan yang kuat dan berkelanjutan, serta arus masuk modal asing dalam beberapa tahun terakhir di tengah volatilitas eksternal yang cukup tajam.
ADVERTISEMENT