Berkat Lebaran dan THR, Inflasi Diperkirakan Naik Tajam di Mei 2021

2 Juni 2021 8:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual dan pembeli bertransaksi di pasar pagi Bitingan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/6). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penjual dan pembeli bertransaksi di pasar pagi Bitingan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/6). Foto: Yusuf Nugroho/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan laju inflasi selama Mei 2021. Sejumlah ekonom pun telah memberikan proyeksi.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan inflasi selama bulan lalu sebesar 0,31 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 1,67 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Prediksi tersebut naik cukup signifikan dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,13 persen (mtm). Selain itu, inflasi juga naik tajam jika dibandingkan Mei 2020 sebesar 0,07 persen (mtm).
"Peningkatan ini berkaitan dengan perkiraan peningkatan inflasi di semua komponen, mulai dari inflasi inti, inflasi dari sisi barang bergejolak, hingga barang yang diatur pemerintah," ujar Josua kepada kumparan, Rabu (2/6).
Inflasi inti diperkirakan meningkat menjadi 1,28 persen (yoy), dari bulan sebelumnya 1,18 persen (yoy). Menurutnya, hal ini didorong oleh kenaikan permintaan menjelang dan saat Lebaran, terutama saat turunnya THR bagi para pekerja.
ADVERTISEMENT
Dorongan kenaikan permintaan juga terjadi pada inflasi barang bergejolak, tercermin dari kenaikan berbagai jenis daging, mulai dari daging ayam hingga daging sapi, sebagai dampak permintaan yang meningkat jelang perayaan lebaran di pertengahan Mei.
“Di sisi lain, harga barang yang diatur pemerintah akan mengalami kenaikan pula akibat kenaikan tarif transportasi, yang terjadi sebelum masa penyekatan, maupun setelah masa larangan, yang berlangsung selama dua minggu,” jelasnya.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, memperkirakan laju inflasi selama bulan lalu berada di kisaran 0,25-0,30 persen (mtm). Perkiraan ini juga naik dua kali lipatnya dari bulan sebelumnya.
"Inflasi akan melonjak cukup tinggi dan bisa naik hampir dua kali lipat dari inflasi April 2021 yang sebesar 0,13 persen (mtm), juga dengan inflasi tahunan yang akan berada di kisaran 1,5-1,7 persen (yoy)," kata Riefky.
ADVERTISEMENT
Kenaikan laju inflasi di Mei 2021 tersebut utamanya disebabkan oleh momen Lebaran, yang turut mendorong beberapa komponen, seperti transportasi, kelompok pangan, dan emas.
Menurut dia, transportasi masih meningkat meski ada pelarangan mudik oleh pemerintah untuk menekan angka laju penularan COVID-19. Begitu juga dengan komponen harga pangan yang meningkat, seperti daging ayam ras, dan daging sapi. Namun beberapa komponen pangan ini juga menyebabkan penurunan harga atu deflasi, yakni cabai merah.
Riefky menilai, kenaikan laju inflasi di bulan lalu juga bisa diartikan adanya peningkatan daya beli secara struktural, yang dipengaruhi oleh momen Lebaran dan THR.
Warga memadati pasar untuk membeli daging sapi pada perayaan tradisi Meugang Ramadhan 1442 H di pasar tradisional Lhokseumawe, Aceh, Senin (12/4/2021). Foto: Rahmad/Antara Foto
Ke depan, ia memperkirakan inflasi pada kuartal III 2021 dan kuartal IV 2021 bisa lebih tinggi. Dengan asumsi perekonomian juga sudah pulih dan berhasil tumbuh tinggi di kisaran sasaran pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Kalau pemulihan benar terjadi, maka pada paruh kedua tahun ini terutama mendekati akhir tahun inflasinya bisa lebih tinggi. Jadi, harapannya daya beli meningkat,” tambahnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi selama Mei 2021 sebesar 0,28 persen (mtm) dan secara tahunan sebesar 1,64 persen (yoy).
Adapun penyumbang utama inflasi Mei 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas angkutan antarkota sebesar 0,09 persen (mtm), daging ayam ras sebesar 0,06 persen (mtm), daging sapi dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), serta jeruk dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm).
Selanjutnya, kelapa, kangkung, kentang, bayam, udang basah, ikan tongkol, ikan kembung dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
“Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit dan cabai merah masing-masing sebesar -0,05 persen (mtm), serta telur ayam ras sebesar -0,01 persen (mtm),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangannya, Sabtu (29/5).
ADVERTISEMENT