Bank Indonesia: Resesi Ekonomi AS Bisa Jadi Berkah

27 Maret 2019 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Senior Gubernur BI, Mirza Adityaswara. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Senior Gubernur BI, Mirza Adityaswara. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) menilai perlambatan ekonomi AS yang berpotensi resesi justru bisa menjadi berkah karena mendorong aliran modal asing masuk ke Indonesia. Hal ini karena kebijakan moneter Bank Sentral AS atau Federal Reserve yang melunak (dovish) setelah mencermati perlambatan perekonomian AS.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut memberikan angin segar bagi Indonesia. Sebab sebelumnya sejumlah ekonom memperkirakan ancaman resesi AS dapat menyebabkan aliran dana asing ke luar dari Indonesia dan menuju ke negara aman (safe haven).
"Perlambatan ekonomi AS itu membuat suku bunga AS tidak naik lagi. Itu justru membantu Indonesia membiayai defisit (defisit transaksi berjalan)," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Rabu (27/3).
Dia menjelaskan, melunaknya kebijakan suku bunga the Fed memicu penyempitan selisih imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan imbal hasil instrumen keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sehingga akan mendorong masuknya modal asing ke Indonesia.
Namun Bank Indonesia lebih melihat ancaman efek rambatan negatif ekonomi global datang dari perlambatan ekonomi China. Apalagi, ekspor Indonesia banyak berorientasi ke pasar China.
ADVERTISEMENT
Jika permintaan dari China melambat, maka akan berdampak pada kinerja ekspor dan konsumsi swasta Indonesia yang akhirnya akan menekan pertumbuhan ekonomi.
"Ekspor Indonesia lebih dari 25 persen komoditas pertambangan dan perkebunan ke China, harganya bisa menurun," jelasnya.
New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal sebelumnya menuturkan, investor asing justru menghindari negara berkembang dan lebih memilih negara yang mereka anggap lebih aman atau safe haven, seperti Singapura, Jepang, Swiss, dan lainnya. Sehingga dana asing berpotensi keluar (capital outflow) dari Indonesia jika terjadi resesi di AS.
"Kondisi ideal memang capital inflow, risiko negara tadi ada krisis dan seharusnya emerging market mendapat keuntungan dari situ. Tapi secara riil, investor mengindari risiko volatilitas, mereka hindari emerging market, mencari safe haven, Jepang atau Europe. Ini memicu capital outflow (Indonesia)," ujar Fithra kepada kumparan
ADVERTISEMENT
Adapun kekhawatiran resesi ekonomi negeri Paman Sam terjadi setelah munculnya fenomena kurva imbal hasil obligasi AS yang terbalik (inverted curve).
Kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS yang terbalik terbukti akurat menjadi indikator penanda akan munculnya krisis.
Pekan lalu, yang baru mengalami kondisi terbalik adalah imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 dan 3 tahun. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada pada 2,44 persen atau menurun 0,26 persen dalam sebulan. Imbal hasil tersebut juga sedikit lebih rendah dibandingkan obligasi tenor tiga bulan sebesar 2,46 persen.