Akibat PPKM Darurat, Pengelola Mal Kehilangan Rp 5 Triliun Setiap Bulan

22 Juli 2021 15:20 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana sepi di salah satu Mal di Jakarta, Senin (5/7/2021) saat PPKM Darurat diterapkan. Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Suasana sepi di salah satu Mal di Jakarta, Senin (5/7/2021) saat PPKM Darurat diterapkan. Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengelola mal saat ini pusing tujuh keliling karena kondisi sektor ritel yang makin terpuruk akibat penerapan PPKM Darurat. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mencatat potensi kehilangan pendapatan mal dalam sebulan mencapai Rp 5 triliun.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut terbagi dari seluruh anggota APPBI sebanyak 350 unit di seluruh Indonesia. Penerapan PPKM Darurat ini sangat memukul mal di kawasan Jawa-Bali.
“Selama PPKM Darurat ini potensi kehilangan pendapatan pusat perbelanjaan dari seluruh 350 di seluruh Indonesia itu ada potensi pendapatan hilang Rp 5 triliun per bulan,” katanya saat konferensi pers virtual Aprindo, Kamis (22/7).
Alphonzus menambahkan, sebanyak 250 anggotanya berada di Pulau Jawa-Bali. Khusus di kawasan ini saja potensi pendapatan tergerus hingga Rp 3,5 triliun. Asal tahu saja, potensi kerugian ini belum terhitung dengan beban operasional bulanan yang mencekik.
“Itu (yang hilang) angka pendapatan, tetapi tetap ada pengeluaran tiap bulan jadi akan kehilangan pendapatan tapi tambah pengeluaran,” imbuhnya.
Kursi di tempat makan di salah satu Mal di Jakarta, Senin (5/7/2021) saat PPKM Darurat berlaku. Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Untuk itu, ia beranggapan jika pemerintah terus melanjutkan PPKM Darurat hingga dua bulan ke depan, maka potensi kehilangan otomatis akan terakumulasi.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau PPKM Darurat 2 bulan ya dikali dua Jawa-Bali jadi Rp 7 triliun (di luar Jawa Rp 3 triliun) kurang lebih ada Rp 10 triliun,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, penutupan pasar swalayan, supermarket, dan hypermarket di mal akan berdampak besar. Beberapa pekerja sektor informal hingga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) akan kehilangan pendapatan.
“Kemudian ada outsourcing cleaning service, ada outsourcing maintenance itu orang-orang yang harian gajinya itu akan bermasalah daya beli,” tutur Roy.