Akibat Corona, Moody's Turunkan Peringkat Bank di RI dari Stable Jadi Negatif

2 April 2020 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lembaga pemeringkat Moody's Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Lembaga pemeringkat Moody's Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga pemeringkat Moody’s International Service memangkas peringkat sistem perbankan Indonesia. Pemangkasan disebabkan adanya dampak negatif pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
"Kami telah mengubah prospek sistem perbankan Indonesia untuk 12-18 bulan ke depan menjadi negatif dari stabil," tulis Moody’s dalam risetnya, Kamis (2/4).
Menurut Moody’s, wabah virus corona telah melemahkan permintaan global dan semakin mengganggu aktivitas ekonomi domestik. Kondisi ini disinyalir akan merusak kualitas aset bank-bank di Indonesia.
Selain itu, penurunan suku bunga Bank Indonesia secara berturut-turut meningkatkan tekanan pada profitabilitas bank. Namun, di sisi lain cadangan kerugian penurunan nilai (loan loss) dan kapitalisasi yang kuat diprediksi menjadi penyangga perbankan Indonesia menghadapi risiko yang semakin meningkat.
Sementara itu, suntikan agresif yang diberikan oleh otoritas moneter juga dinilai akan membantu bank mempertahankan likuiditas mereka agar tetap kuat.
"Jika coronavirus menyebar secara substansial di Indonesia, menyebabkan perlambatan ekonomi yang lebih dalam, lebih lama, maka dampak negatif kredit bagi bank akan meningkat,” tulis Moody’s. Hal inipun akan membuat kondisi ekonomi melemah.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, penyebaran virus corona telah melemahkan permintaan global, termasuk komoditas, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, yang merupakan produk ekspor utama bagi Indonesia.
Selain itu, krisis kesehatan ini juga memicu keluarnya arus modal sehingga menyebabkan depresiasi rupiah.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat menyampaikan keterangan pers melalui live streaming. Foto: Dok. Bank Indonesia
Investasi swasta dan konsumsi domestik juga akan melemah karena bisnis dan investasi tertahan seiring kebijakan pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya aktivitas ekonomi domestik menjadi terganggu.
"Kualitas aset akan memburuk, tetapi restrukturisasi pinjaman dan penurunan suku bunga kredit akan memberikan beberapa dukungan," ujar Moody’s.
Risiko kredit pada pinjaman komoditas juga cenderung akan meningkat karena permintaan komoditas melemah. Di sisi lain, capital outflow juga akan terus menekan rupiah.
Hal ini akan memberatkan debitur yang memiliki pinjaman dolar dan tidak mendapat lindung nilai.
ADVERTISEMENT
Ketika pertumbuhan ekonomi domestik melambat, maka pinjaman usaha kecil dan menengah semakin berisiko karena cenderung memiliki likuiditas yang lemah.
"Kapitalisasi bank-bank Indonesia, yang saat ini merupakan yang terkuat di Asia-Pasifik, akan tetap kuat, memberikan penyangga yang cukup terhadap peningkatan risiko." tulis Moody’s.