User Story Pilihan: Kudeta, Stigma, hingga Kutukan Digital Naga China

12 Maret 2021 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Opini dan Cerita kumparan periode 5-11 Maret 2021 bak pizza. Topping-nya bermacam-macam, dari seruan benci produk asing hingga pelakor atau "perebut lelaki orang". Berikut selengkapnya:
ADVERTISEMENT

Kutukan Digital Naga China

Kredit foto: farnsworthmuseum.org.
Seruan "benci produk asing" dari Presiden Joko Widodo salah alamat. Seolah-olah heroik, kampanye tersebut malah terkesan cuci tangan.
Memang, 60-90 persen produk di pasar e-commerce berasal dari asing, tapi itu cuma puncak gunung es dari sederet masalah yang ada. Simak opini dari Jusman Dalle, Direktur Eksekutif Tali Foundation dan Praktisi Ekonomi Digital:

Saran untuk Moeldoko: Belajarlah kepada Megawati

Moeldoko. Kredit foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.
Cara Megawati Soekarnoputri menghadapi masalah di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) tahun 1999 adalah dengan mengubah nama partainya yang semula PDI menjadi PDI perjuangan (PDIP). Cepat, aman, dan sah. Sebaiknya itu yang dilakukan Moeldoko.
Opini ini ditulis Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang juga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
ADVERTISEMENT

Food Waste: Sampah Sisa Makananmu Awal dari Malapetaka

Ilustrasi sisa-sisa makanan. Kredit foto: ShutterStock.
Sisa-sisa makanan sesungguhnya bisa berguna, seperti dibuat jadi pupuk. Tapi ini bukan perkara menaruh sampah makanan ke tanah atau ke sungai. Perlu edukasi dan, idealnya, regulasi.
Opini dari Shafira Rembulan Putri Hasan, mahasiswi Universitas Hasanuddin, mungkin dapat membuka perspektif anda:

Berkerudung, tapi Pelakor?

Ilustrasi. Kredit foto: Andri Onet/Unsplash.
Yang jadi permasalahan sesungguhnya "perilaku" si perempuan (yang kebetulan berkerudung). Tapi mengapa yang dipermasalahkan kerudungnya?
Ini soal fenomena, tudingan, hingga stigma. Opini dari Isna Yuli, ibu rumah tangga yang aktif menulis di Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban:

Isra Mikraj di Era COVID-19

Ilustrasi dari Pixabay.
Pada umumnya masyarakat awam ketika mendengar kata Isra dan Mikraj hanya berpatokan kepada satu ayat Al-Quran, Surah Al-Isra atau Surah Bani Israil ayat satu. Mereka gagal memahami bahwa Al-Quran dalam menyampaikan informasi tentang Al-Haq (kebenaran) tidak memakai rentetan ayat per ayat atau surah per surah. Justru terkadang sebuah masalah hanya menjadi tuntas jika dipahami secara menyeluruh dan sempurna berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
ADVERTISEMENT
Berikut cerita dari Shamsi Ali, imam di Amerika Serikat yang dinobatkan sebagai salah satu tokoh agama berpengaruh di New York: