Melihat Perayaan Malam 7 Likur di Kampung Bugis, Tanjungpinang

Konten Media Partner
8 Mei 2021 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerbang 7 likur di Kampung Bugis, terdiri dari 1200 pelita dan 140 liter solar. Foto: Yoan S Nugraha/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang 7 likur di Kampung Bugis, terdiri dari 1200 pelita dan 140 liter solar. Foto: Yoan S Nugraha/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Tradisi 7 likur yang saban tahun dilaksanakan sebagian besar masyarakat Kota Tanjungpinang, harus tergerus karena dampak pandemi COVID-19. Namun, kepripedia berhasil menemukan jejak terakhir pelita harapan menjemput lebaran di Kota Tanjungpinang.
ADVERTISEMENT
Berlokasi di Kampung Bugis-Tanjungpinang, sekelompok pemuda yang merindukan gerbang pelita7 likur, memilih untuk tetap memertahankan tradisi tersebut. Hanya bermodalkan dukungan dari Kelurahan Kampung Bugis, mereka berhasil mengobati rindu sebagian besar masyarakat Tanjungpinang, dengan menghadirkan gerbang pelita.
Adalah Andika, ketua tim kreatif gerbang pelita mengaku bahwa seluruh biaya dan tenaga berasal dari swadaya masyarakat.
“Kami mendapat restu dari pak Lurah melalui surat resmi, bermodalkan itu, kami keliling mengumpulkan biaya dari masyarakat. Tidak ada bantuan dari LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) maupun dari perusahaan swasta yang berada di Kampung Bugis,” ujarnya, Sabtu (8/5).
Kendala tersebut tidak menyurutkan Andika beserta 7 orang lainnya, untuk gotong-royong merakit dan mendirikan gerbang yang menggunakan 1200 lampu pelita.
ADVERTISEMENT
“Kami kerjakan selama 10 hari, hujan dan panas tetap kami rakit. Kapasitas gerbang ini terdiri dari 1200 lampu pelita dan 140 liter solar dalam sekali pemakaian,” terangnya.
Dari penjelajahan kepripedia di lapangan, gerbang pelita yang berada di Kampung Bugis ini, merupakan satu-satunya gerbang pelita dalam tradisi 7 likur menjemput lebaran tahun ini di Tanjungpinang.

Filosofi 7 Likur Bagi Masyarakat Melayu

Gerbang 7 likur di Kampung Bugis. Foto: Yoan S Nugraha/kepripedia.com
Sekretaris Lembaga Pelestari Nilai Adat dan Tradisi (PESILAT) Kepulauan Riau, Suheri menjelaskan makna yang terkandung dibalik perayaan 7 likur bagi masyarakat melayu.
Kepada kepripedia, Sabtu (8/5), kehidupan masyarakat melayu, jika dikaji dari berbagai aspek, penuh dengan nilai makna tersirat. Tidak terkecuali pada perayaan 7 likur bagi masyarakat Tanjungpinang.
“7 likur bukan sekedar tradisi menyalakan pelita atau menghias gerbang, namun dibalik itu ada makna penerang hati dalam menjemput lebaran Idul Fitri,” ujar Suheri.
ADVERTISEMENT
Makna penerang hati yang dimaksud, jelas Suheri merupakan harapan dan pembelajaran selama proses ibadah puasa.
“Harapannya agar dipertemukan kembali pada Ramadhan tahun depan, dan pembelajarannya adalah memahami nilai taqwa dalam berpuasa, meliputi tawadhu, qona’ah, wara’, dan amanah,” demikian Suheri.