Komorbid dan Takut ke Rumah Sakit Penyebab Naiknya Kematian COVID-19 di Lingga

Konten Media Partner
13 Agustus 2021 13:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemakaman dengan protokol kesehatan. Foto: Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemakaman dengan protokol kesehatan. Foto: Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Naiknya angka kematian akibat COVID-19 di Kabupaten Lingga yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir menjadi perhatian tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Lingga.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan Bupati Lingga, Muhammad Nizar, bersama Satgas COVID-19, pihak RSUD dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lingga, disampaikan jika penyebab krusial kematian dikarenakan komorbiditas atau penyakit penyerta.
Namun, selain komorbid, kecenderungan tidak mau berobat ke rumah sakit dan menjadi faktor lain meningkatnya kasus kematian akibat COVID-19 di Lingga.
"Saya berharap masyarakat untuk cepat berkonsultasi ke rumah sakit, jika merasakan gejala sakit demam, pernapasan atau sejenisnya yang dialami. Jangan menunggu sakitnya semakin parah baru kerumah sakit," harap Bupati Lingga, Muhammad Nizar belum lama ini.
Mengenai hal itu, Nizar meminta kepada Satgas COVID-19 dan pihak lain yang terlibat penanganan COVID-19 untuk menggencarkan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat. Termasuk pentingnya pemahaman terkait gejala COVID-19.
Pertemuan Bupati Lingga bersama sejumlah pihak terkait penanganan COVID-19. Foto: istimewa/kepripedia.com.
Selain meminta masyarakat untuk update terhadap informasi COVID-19 dan tidak takut ke rumah sakit, Nizar juga meminta Satgas agar merespon cepat jika ada warga yang melaporkan gejala-gejala, agar dapat cepat ditangani sehingga tidak berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
"Semua pihak bahu membahu, saling membantu dan mengingatkan untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan patuh terhadap himbauan yang dikeluarkan pemerintah," ujar Nizar.
"Semoga kasus berkurang apalagi sampai meninggal," tambahnya lagi.
Senada dengan Bupati, Sekretaris Satgas COVID-19 Lingga, Oktavianus Wirsal, berharap masyarakat untuk aktif khususnya saat merasakan gejala-gejala COVID-19.
"Kalau dirumah itukan kita tidak tau, nanti sudah parah baru ke rumah sakit. Kami harap yang seperti itu tidak ada lagi, agar dapat menekan kasus kematian," kata Okta menambahkan.
Berdasarkan data terakhir per Jumat (13/8), dari total konfirmasi 1.875 orang, jumlah kematian akibat COVID-19 di Kabupaten Lingga sebanyak 54 pasien atau sekitar 3 persen.
Sementara jumlah kesembuhan 1.742 pasien atau 92 persen. Dan, kasus aktif hingga saat ini sebanyak 79 pasien.
ADVERTISEMENT
Meski persentase kesembuhan lebih tinggi, kasus kematian COVID-19 tetap menjadi perhahatian khusus pemerintah Kabupaten Lingga.
Ilustrasi salat jenazah pasien COVID-19 di Pagoda Dabo. Foto: Istimewa/kepripedia.com.

Isu "Di-COVID-Kan" Masih Menjadi Momok Masyarakat

Isu-isu yang tak sejalan dengan penanganan COVID-19, termasuk di Kabupaten lingga masih banyak berhembus di masyarakat. Baik melalui media sosial hingga perbincangan kecil.
Salah satunya 'di-COVID-kan', menjadi salah satu faktor masyarakat enggan berobat ke rumah sakit.
Hal itu pun sama persis seperti yang disampaikan oleh banyak warga. Seperti Eka, salah satu warga Dabo Singkep, mengungkapkan jika keluarganya tidak mau ke rumah sakit karena takut jika akhirnya dinyatakan positif COVID-19.
"Takut apa-apa corona, nanti ujung-ujungnya harus karantina di rumah sakit. Padahal memang penyakit yang diidap itu udah lama. Apalagi seperti ibu saya punya sakit paru-paru," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Selain Eka, Mus warga Dabo yang juga ditanyai kepripedia belum lama ini mengaku enggan berobat karena mendapat isu-isu jika banyak yang dinyatakan COVID-19 setelah dibawa ke rumah sakit.
"Kita ni dah tua, kalau hasilnya COVID-19 nanti kan akhirnya diisolasi di rumah sakit. Banyak kawan-kawan meninggal di rumah sakit keluarga tak dampingi. Anak cuma tengok (melihat) peti mayat," ucap pria 65 tahun ini.
Terkait hal itu, Direktur RSUD Dabo, dr Bukit Tua Rayanto Gultom menerangkan jika sejatinya pihak rumah sakit tidak pernah meng-COVID-kan pasien. Segala vonis atau konfirmasi medis seseorang tentunya sesuai prosedur dan hasil cek medis.
Untuk konfirmasi COVID-19, Bukit menyebutkan jika RSUD Dabo sendiri menggunakan parameter awal menggunakan rapid antigen. Jika hasilnya reaktif maka terkonfirmasi positif. Sementara jika hasilnya negatif, namun gejala yang ditunjukkan adalah gejala COVID-19 seperti paru-paru dan sebagainya maka statusnya suspect COVID-19 dan dilakukan swab PCR dikirim ke Batam. Karena di Lingga sendiri belum memiliki alat PCR.
ADVERTISEMENT
"Kalau antigen negatif ada kemungkinan besar PCR positif, apalagi ada gejala seperti infeksi paru-paru ditambah riwayat kontak dan perjalanan. Jadi setelah antigen diambil swab untuk PCR," terang Bukit.
"Jadi kalau ada isu rumah sakit meng-COVID-kan pasien, itu tidak benar. Artinya kami imbau jika merasakan gejala, segeralah ke rumah sakit, puskesmas atau faskes terdekat," imbuhnya.
Sementara mengenai pasien yang isolasi di rumah sakit, ia menerangkan jika memang keluarga tidak diizinkan untuk merawat secara langsung. Hal ini telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Karena untuk mencegah penularan.
"Kalau yang status gejalanya sedang, berat, dan kritis diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Kalau yang gejala ringan dikarantina terpadu di implasemen Dabo. Yang di RS memang tidak boleh keluarga ikut didalamnya, ini aturan semua kok bukan hanya kita," paparnya.
ADVERTISEMENT
Namun, jika kemungkinan terburuk misalnya pasien meninggal dunia, keluarga tidak perlu khawatir tidak dapat melihat pasien untuk terakhir kalinya. Karena, lanjut Bukit, pihak RSUD Dabo sendiri memfasilitasi keluarga inti maksimal 3 orang untuk ikut pemulasaran.
"Kita sediakan APD lengkap untuk 3 orang maksimal keluarga inti ikut proses pengurusan jenazah di Pagoda Dabo. Jadi gak usah percaya kalau keluarga pasien cuma lihat petinya saja. Kita beri kesempatan, kita fasilitasi untuk melihat atau memberikan penghormatan terakhir kali tapi sesuai protokol," jelasnya.
Bukit berharap, masyarakat dapat ikut serta membantu tenaga medis dan pemerintah untuk menekan penyebaran COVID-19 serta angka kematian akibatnya.
Di antaranya dengan menerapkan protokol kesehatan, serta segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat, baik RSUD, puskesmas, maupun klinik, saat merasakan gejala-gejala. Agar penanganan medis lebih cepat diberikan.
ADVERTISEMENT
"Ya begini, jangan sampai kondisi sudah parah baru berobat. Biar mencegah, kalaupun sakit cepat berobat biar ditangani," tutupnya.