Haru! Anak Meninggal Tidak Ada Biaya, Suami Dipenjara Karna Berkhianat

Konten Media Partner
30 Juli 2020 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adea Fitri (kiri) saat ditemui awak media. Foto: Khairul S/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Adea Fitri (kiri) saat ditemui awak media. Foto: Khairul S/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Silih berganti cobaan yang tengah dialami oleh seorang ibu di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, bernama Adea Fitri (41).
ADVERTISEMENT
Anaknya yang berusia 3 tahun mengidap penyakit paru-paru, biaya berobat yang begitu mahal sehingga ia harus merelakan kepergian sang anak yang masih Balita meninggal keluarganya selama-lamanya.
"Yang meninggal usia baru 3 tahun, sakit paru-paru. Baru 10 hari yang lalu," ujarnya sembari menyeka air mata, Kamis (30/7).
Hal yang memilukan lagi, dirinya juga dikhianati oleh suaminya sendiri. Perilaku biadab suami yang ia cintai, karena telah tega mencabuli anak pertamanya dan kini harus mendekam di sel tahanan.
Beban ekonomi kini terpaksa menjerat pundak wanita ini, apalagi dirinya harus menghidupi anak-anaknya sebanyak enam orang yang masih berusia belia.
Kepekaan sosial sangat tidak dirasakan olehnya. Terlebih ketika sang anak tengah jatuh sakit dan membutuhkan dana untuk mendapatkan perawatan medis.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, setelah membawa ke rumah sakit, anaknya mendapatkan pertolongan dan beberapa petugas rumah sakit di mana sang buah hati di rawat juga membantu pengurusan BPJS.
"Sempat satu bulan lebih di rumah sakit, itu pun tidak ada yang berkenan membantu, hanya bantuan lah yang saya harapkan," katanya.
Kala itu juga, ia menadahkan tangan memohon bantuan dengan harapan setidaknya bisa membantu kebutuhan makan bagi anak-anaknya yang lain.
"Saya minta bantu sana-sini, ada yang kasih 50, saya sisihkan sedikit untuk anak yang dirumah sakit," jelasnya.
Sementara sejak anaknya meninggal, Dea hanya menggantungkan hidup dari memulung barang-barang bekas untuk dapat menghidupi 5 buah hatinya.
Merintih, luntang-lantung setiap hari menjadi rutinitasnya. Ia pun tidak tau kemana hendak berkeluh kesah tentang beban hidup yang di alami.
ADVERTISEMENT
"Bantu lah kami yang susah, diam bukan berarti kami takut (mengadu), tapi tidak tahu mau mengadu kemana. Cukup lah saya yang mengalami seperti ini,"katanya lagi.
Kepada RT setempat, ia juga pernah mengadu atas segala kondisi yang dialami, namun hingga saat ini tidak membuahkan hasil apa pun.
Diketahui, wanita dengan enam orang anak ini, tinggal di sebuah rumah tidak layak huni di kawasan Kali Baru, Pelipit, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun.
Sentuhan program pemerintah, memang belum pernah diberikan sebelumnya. Ia hanya bisa pasrah dan menanti perpanjangan tangan tuhan dari orang-orang yang mau berbaik hati.