news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hari Jadi Kota Batam 191, Museum Raja Ali Haji Soft Launching

Konten Media Partner
18 Desember 2020 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Raja Ali Haji di Dataran Engku Putri, Batam. Foto (Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Museum Raja Ali Haji di Dataran Engku Putri, Batam. Foto (Istimewa)
ADVERTISEMENT
Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Batam yang ke-191, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata gelar soft launching Museum Raja Ali Haji yang diresmikan oleh Walikota Batam, Muhammad Rudi ditandai dengan pembukaan tirai yang menutupi sketsa wajah Raja Isa bin Raja Ali atau Nong Isa di Dataran Engku Putri, Batam. Jumat, (18/12).
ADVERTISEMENT
Nong Isa adalah orang yang diberi mandat oleh Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah dari Kesultanan Lingga, agar memerintah pada kawasan Nongsa dan wilayah sekitarnya pada 18 Desember 1829. Momen itu pula yang menjadi tonggak lahirnya Kota Batam dan diperingati tiap tahun hingga saat ini.
Bekas Astaka MTQ XXV tingkat nasional itu disulap menjadi bangunan yang punya ‘nilai jual’ bagi wisatawan mancanegara maupun lokal. Gedung ini disumbangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri kepada Pemerintah Kota (Pemko) Batam oleh Gubernur Kepri saat itu, Muhammad Sani.
Selain barang koleksi barang bersejarah, Anda juga dapat mengetahui sejarah peradaban Batam, mulai dari masa Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temanggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka dan Khasanah Melayu. Bahkan perkembangan dari masa ke masa infrastruktur di Batam.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mengapresiasi dibukanya Museum Batam Raja Ali Haji tersebut. Ia mengatakan, saat ini sudah ada 14 khazanah atau tempat menyimpan benda berharga berdasarkan klasifikasinya, yang ditampilkan dalam museum ini.
Rudi berharap koleksi benda-benda bersejarah makin bertambah sehingga sejarah Batam dapat terdeskripsikan dengan baik di dalam Museum Batam Raja Ali Haji. 
“Kita berharap, benda bersejarah peninggalan Batam yang belum ada, bisa segera masuk di museum ini,” ujar Rudi, saat memberikan sambutan di acara soft opening Museum Batam Raja Ali Haji.
Foto-foto pada masa Riau Lingga di dalam Museum Raja Ali Haji. Foto (Disbudpar Batam).
Pada tahap awal ini, memang sudah ada beragam koleksi jejak sejarah Batam yang bisa dinikmati pengunjung. Namun, Rudi tak memungkiri, koleksi benda-benda bersejarah di dalamnya belum terlampau banyak.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah berusaha mengumpulkan dan menghubungi orang yang punya koleksi benda peninggalan sejarah di Bulang-Lintang, tapi mereka belum bersedia memberikannya," paparnya.
Wali Kota juga berharap, kehadiran musuem juga berkontribusi positif bagi daya tarik maupun menambah destinasi pariwisata di Batam. Namun, Rudi tetap mengingatkan, selama pandemi Covid-19 ini, agar pengunjung musuem maupun masyarakat secara umum senantiasa menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
“Semua wajib memakai masker, sambil menunggu vaksin datang. Kita berharap ekonomi Batam segera bangkit kembali," ucapnya. 
Amsakar juga mengungkap tentang sketsa wajah Nong Isa pada saat soft opening musuem. Dalam rangka untuk mendapatkan petunjuk wajah Nong Isa atau Raja Isa bin Raja Ali Marhum Pulau Bayan Yang Dipertuan Muda Riau V bin Daeng Kamboja bin Daeng Parani, diupayakan oleh seorang pelukis sketsa, Marani. Adapun, sketsa itu dilukis berdasarkan penggambaran dari Raja Badrillah, salah satu keturunan ke-7 dari Nong Isa.
ADVERTISEMENT
“Itu dari mimpi dia (keturunan) yang bertemu dengan Raja Isa. Bahkan ada yang membuat gambar berkali-kali sampai melukis,” katanya. 
Sketsa itu, sambung dia, dilukis berdasarkan penggambaran saat Nong Isa masih muda dan belum mendapat penabalan atau surat kuasa untuk memerintah wilayah Nongsa.
“Kita berusaha melengkapi agar ke depan khazanah semakin banyak, sehingga informasi tentang Batam dan Kepri terdokumentasi secara baik di museum ini,” terangnya. 
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, berharap kehadiran Museum Batam Raja Ali Haji bakal jadi destinasi wisata budaya di Kota Batam. 
“Kami sangat berbahagia, karena bertepatan dengan HJB ke-191, Museum Batam Raja Ali Haji dibuka,” katanya. 
Ardi menyampaikan, museum tersebut sudah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama 475 museum lainnya di Indonesia. 
ADVERTISEMENT
Isi dari museum ini, menampilkan sejarah peradaban Batam mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang. 
”Kita mengambarkan before dan after infrastruktur Batam, di bawahnya ada masa kota administrasi,” ucapnya. 
Selain menjadi objek wisata, museum ini juga sebagai media edukasi masyarakat Batam, khususnya para pelajar untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Batam dari masa ke masa. Pada masa pandemi, museum bakal dibuka pukul 10.00 sampai 20.00 Wib.
Nama Raja Ali Haji itu sendiri diambil dari seorang sastrawan dan ulama besar dari Melayu. Dia lahir pada tahun 1808 di Lingga, Pulau Penyengat, Riau. Putra daei Raja Ahmad, yang setelah berhaji ke Mekkah bergelar Engku Haji Tua, cucu Raja Haji Fisabilillah. Ibunya bernama Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor atau Putri Raja Selangor yang meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844
ADVERTISEMENT
Karyanya yang paling dikenal adalah Gurindam Dua Belas pada tahun 1847. Karya ini menjadi karya tak ternilai bahkan paling menonjol di antara karya yang lain.
Raja Ali Haji meninggal pada tahun 1873 di Pulau Penyengat, Kepri. Selain itu, beliau juga membuat sebuah pedoman yang menjadi standar bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia. Berkat jasanya, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada 10 November 2004.