Berkunjung ke Kampung Tua Dapur 12 di Batam

Konten Media Partner
21 Juni 2020 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tokoh Masyarakat, Mansyur menceritakan sejarah Dapur 12. Foto: Rega/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh Masyarakat, Mansyur menceritakan sejarah Dapur 12. Foto: Rega/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Dulu sekitar tahun 1940 terdapat hanya lima rumah, yang berada di Kampung Tanjung Atok Itam, orang dulu menyebutnya karena mayoritas diwilayah tersebut adalah mereka yang merupakan warga keturunan Melayu asli.
ADVERTISEMENT
Namun sejak Otorita Batam, berganti nama menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam nama kampung tersebut berubah menjadi Kampung Tua Dapur 12.
Kampung Tua yang terletak di Kelurahan Sei Pelunggut, Kecamatan Sagulung, Kota Batam Kepulauan Riau ini, merupakan nama yang disematkan oleh seorang tokoh masyarakat, dan yang paling dituai dikampung tersebut, perubahan itu karena kampung tersebut penduduknya sudah mencapai 400 Kepala Keluarga (KK) hingga sekarang.
Digantinya menjadi nama Kampung Tua tersebut tidak terlepas dari kisah sejarah, yang membuktikan bahwa mata pencarian warga diwilayah tersebut sebagian besarnya adalah nelayan dan pekerja dapur arang.
Ada 12 dapur arang yang bentuknya mirip seperti gua dengan bangunan kokoh ala tembok bata merah dengan menggunakan tanah liat.
Lokasi Dapur 12 tempat produksi ratusan ton arang dahulu kala. Foto: Rega/kepripedia.com
Luasnya lebih kurang 25 meter, serta tinggi mencapai lima meter. Dapur arang tersebut kini hanya tinggal dua, dan sekarang selebihnya sudah dijadikan tempat tinggal warga.
ADVERTISEMENT
Konon katanya, Dapur arang di wilayah tersebut mampu menghasilkan arang, 300 - 360 ton sekali produksi, ditambah kualitas produknya tak diragukan lagi sehingga diminati oleh pasar manca negara seperti Singapura.
Wajar kualitas arang tersebut diminati karena arang sendiri terbuat dari kayu pilihan. Yakni kayu dari hutan bakau yang banyak ditemukan di pesisir kota Batam kala itu.
Belakangan produksi arang itu terpaksa ditutup pada tahun 1971 dikarenakan BP Batam bertentangan dengan aturan pemerintah mengenai hutan mangrove (hutan bakau red).
Mulai menipisnya kayu bakau yang menjadi bahan baku arang, membuat usaha dapur arang di Kampung Tua dapur 12 terus menurun dan diakhir tahun 1980, usaha dapur arang yang dikelola oleh orang China tersebut terus menurun dan akhirnya tutup.
ADVERTISEMENT
Kini, hanya tinggal dua tungku arang tersebut berdiri kokoh, hanya saja karena kurang perawatan, bangunan yang terbuat dari batu bata tersebut mulai berangsur-angsur usang.
"Kita ingin dapur arang ini dijadikan objek wisata sebagai kenangan sejarah bahwa pernah ada produksi arang. Maka itu meminta pemerintah untuk menata dan renovasi," ungkap tokoh masyarakat dan orang yang dituakan Mansur yang juga menjabat Ketua RW 09 pada kepripedia saat menceritakan sejarah, Minggu (21/6).
Ia berharap kepada pemerintah agar bisa melestarikan dua dapur arang tersebut dengan tujuan wisatawan datang, sebagai mana konsep Pemerintah Kota (Pemko) menarik wisata masuk ke Batam.
"Dapur ini sebelum kita merdeka (Indonesia) sudah ada, yang bekerja adalah orang tua saya termasuk saya juga. Inilah kita harapkan pada pemerintah bisa merenovasi sebagai bentuk sejarah," harapnya.
ADVERTISEMENT
Dapur 12 di Batam. Foto: Rega/kepripedia.com