Corona di Tambang Membeludak, Mahasiswa Demo Minta Tambang Ditutup

Konten Media Partner
6 Juli 2020 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi demonstrasi di Kolaka Utara meminta agar tambang ditutup karena penyebaran virus corona. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Aksi demonstrasi di Kolaka Utara meminta agar tambang ditutup karena penyebaran virus corona. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Massa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kolaka Utara (Kolut), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Lingkar Gerakan Pemudan dan Mahasiswa (LGPM), serta Jaringan Advokasi Tambang (JAT) menggelar aksi unjuk rasa di perempatan Tugu Kelapa, Kota Lasusua, Kolut, Sulawesi Tenggara (Sultra).
ADVERTISEMENT
Mereka menuntut agar Pemda Kolut yang menaungi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 segera menutup aktivitas pertambangan di Batu Putih. Pemda dianggap tidak tegas dan tebang pilih dalam menangani pandemi.
"Harus tegas. Masa masjid ditutup, Puskesmas ditutup, sementara tambang tidak ditutup. Dan tambang ini jadi klaster corona terbesar di Kolut," ujar Ketua HMI Cabang Kolaka Utara, Ismu Saad di lokasi aksi, Senin (6/7).
Aksi ini berlanjut di tiga lokasi. Setelah puas berorasi di Tugu Kelapa, pendemo bergerak ke Dinas Kesehatan Kolut, serta DPRD Kolut.
Terlihat sempat terjadi ketegangan antara pendemo dan pihak keamanan di dua instansi itu saat mahasiswa mendesak agar bisa masuk ruangan.
Namun ketegangan cepat dilerai oleh pihak kepolisian yang mengawal jalannya aksi demonstrasi.
ADVERTISEMENT
Diketahui, saat ini kasus positif COVID-19 di Kolaka Utara didominasi klaster tambang dengan 62 orang, dari 79 pasien positif di Kolut. Klaster tambang ini didominasi pekerja tambang dan tenaga medis di Kolaka Utara.
Sebelumnya, Jubir GTC Kolut, dr Syarif Nur yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sidah bersurat ke ESDM agar melakukan pembatasan di area pertambangan.
"Kita tidak punya wewenang untuk menutup. Jadi kita sudah bersurat ke ESDM terkait tambang ini. Kalau bisa disana itu bukan cuma tambangnya. Tapi wilayahnya memang dibatasi," ujar dr Syarif.