Mengenal Impostor Syndrome, Si Cerdas yang Tak Pernah Merasa Puas

Konten Media Partner
28 Januari 2020 16:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inmpostor syndrome atau sindrom impostor adalah sebuah sindrom di mana penderitanya akan selalu merasa tidak puas dengan prestasi dan keberhasilan yang diperolehnya | Photo by Pexels/Min An
zoom-in-whitePerbesar
Inmpostor syndrome atau sindrom impostor adalah sebuah sindrom di mana penderitanya akan selalu merasa tidak puas dengan prestasi dan keberhasilan yang diperolehnya | Photo by Pexels/Min An
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Impostor syndrome atau sindrom impostor mungkin masih jarang terdengar atau disebut di Indonesia. Tak sedikit yang belum mengetahui makna dari sindrom ini. Padahal nyatanya, cukup banyak yang mengalami sindrom ini, lho, Sobat!
ADVERTISEMENT
Sindrom impostor atau impostor syndrome sendiri merupakan sebuah sindrom di mana penderitanya akan selalu merasa tidak puas dengan prestasi dan keberhasilan yang diperolehnya. Mereka menganggap bahwa keberhasilan yang didapatnya itu hanya karena kebetulan semata.
Orang yang menderita sindrom impostor ini akan merasa bahwa ia tidak boleh gagal dalam melakukan tugasnya. Hal ini tentunya akan menyebabkan mereka merasa tertekan dan akhirnya menimbulkan ketidakmampuan bagi mereka untuk menikmati kesuksesan yang telah mereka capai.
Penderita sindrom impostor juga akan merasa bahwa mereka seperti seorang yang palsu atau penipu; mereka mempercayai bahwa mereka tidak layak menerima prestasi atau kesuksesan yang diraihnya. Mereka juga akan merasa cemas bahwa mungkin ada kesalahan dalam keberhasilan yang dicapai. Padahal, mereka memiliki keahlian yang mumpuni.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari The Muse, ada lima tipe dari sindrom impostor atau impostor syndrome. Simak di bawah ini.
1. Sang Perfeksionis
Tipe ini merasa bahwa segala sesuatu yang ia kerjakan harus sempurna 100% | Photo by Pexels/Min An
Perfeksionis dan sindrom imposter memang sering dikait-kaitkan. Seorang perfeksionis akan memiliki target yang tinggi dalam hidupnya. Ketika mereka gagal meraih target tersebut, mereka akan mengalami keraguan besar pada dirinya dan bertanya-tanya, apakah mereka mampu meraih mimpinya tersebut.
Seorang perfeksionis juga bisa menjadi seorang yang control freak dalam sebuah grup. Mereka merasa apabila segala sesuatunya ingin berjalan dengan tepat, maka diri mereka sendirilah yang harus melakukan dan mengerjakannya. Bagi tipe ini, kesuksesan merupakan hal yang tidak memuaskan, karena mereka selalu percaya bahwa mereka bisa melakukan lebih baik daripada yang mereka lakukan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
2. Sang Manusia Super
Merasa harus selalu bekerja keras untuk membuktikan kemampuannya | Photo by Pexels/Min An
Tipe sindrom impostor ini adalah tipe di mana mereka memaksa diri untuk bekerja sangat keras untuk menutupi rasa insecure atau ketidaknyamanan mereka. Padahal, bekerja terlalu keras tentu berakibat buruk bagi kesehatan mental dan juga hubungan mereka dengan orang lain seperti keluarga, teman, pacar dan sebagainya.
Salah satu indikasi dari tipe ini adalah terlalu mengorbankan banyak waktu, passion, serta hobi untuk bekerja dan lembur di kantor. Selain itu, mereka merasa bahwa apa yang telah dicapai, sebanyak apa pun prestasinya, mereka selalu merasa bahwa hal tersebut belum cukup untuk membuktikan kemampuannya.
3. Sang Jenius
Tipe ini merasa harus selalu cepat bisa dalam mengerjakan sesuatu | Photo by Pexels/Min An
Orang dengan tipe ini merasa bahwa mereka harus menjadi seorang yang jenius ‘dari sananya’. Maksudnya adalah tanpa perlu belajar lama-lama, mereka akan dengan cepat menguasai hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Mereka akan merasa sangat malu jika membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakan sesuatu. Mereka juga ingin selalu berhasil ketika melakukan segala sesuatunya untuk pertama kali. Bagi mereka, ketika gagal melakukan sesuatu hal dengan cepat dan tepat serta berhasil, maka itu akan sangat membebani pikiran mereka.
4. Sang Solois
Mereka tidak ingin menerima bantuan orang lain | Photo by Pexels/Min An
Sang solois adalah orang yang selalu menolak bantuan orang lain dalam rangka untuk membuktikan bahwa ia mampu. Mereka hanya mau mengerjakan sendiri tanpa perlu bantuan orang lain. Selain itu, mereka merasa harus mencapai sesuatu karena hasil usaha sendiri.
Menjadi mandiri memang tidak salah, namun ingatlah bahwa kalian akan selalu memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan beberapa hal. Karena tidak semuanya akan bisa kalian kerjakan secara sendirian.
ADVERTISEMENT
5. Sang Ahli
Mereka merasa tidak pernah cukup, dan merasa takut apabila mereka dianggap tidak mampu dan tidak tahu | Photo by Pexels/Min An
Seorang expert atau sang ahli adalah seorang yang selalu merasa bahwa ilmu yang mereka miliki selalu kurang. Mereka merasa bahwa mereka harus terus menerus belajar dan gemar mengikuti berbagai seminar serta pelatihan agar bisa meraih kesuksesan. Tipe sindrom impostor ini juga mengukur kemampuan mereka dari seberapa banyak hal yang mereka tahu dan bisa lakukan.
Mereka tidak ingin dicap sebagai seorang yang tidak berpengetahuan dan tidak berpengalaman. Oleh karena itu, mereka terus melakukan kegiatan di mana mereka akan mendapatkan ilmu dan skill baru.
Apabila kalian merasa relate dengan sindrom impostor ini, ada baiknya untuk segera menghilangkan dampak negatifnya. Tentu setiap manusia di muka bumi ini pernah mengalami yang namanya tidak percaya diri atas pencapaian yang telah berhasil diraih. Hal tersebut tentu wajar, namun jangan sampai keraguan tersebut mengontrol diri kalian.
ADVERTISEMENT
Sadarilah, ada usaha dan kerja keras yang telah kalian berikan pada pencapaian tersebut. Percayalah bahwa kalian pantas untuk menerima sederet prestasi yang telah ditorehkan dan belajarlah untuk menerima diri sendiri.
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!