Paris: Romantis, Cantik, dan Berbahaya

Karina Ratnamurti
Foreign Service. Mother of Three.
Konten dari Pengguna
19 Maret 2021 13:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karina Ratnamurti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Paris Aerial View. Foto : Shutterstock oleh Saiko3p
zoom-in-whitePerbesar
Paris Aerial View. Foto : Shutterstock oleh Saiko3p
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernyataan Audrey Hepburn tersebut kemudian diamini oleh ribuan orang, termasuk para turis, kelompok penipu, dan juga pickpockets.
ADVERTISEMENT
Ya, Paris, the city of lights adalah kota yang sangat cantik dan sangat romantis. Tidak ada yang dapat menandingi romantisnya pemandangan langit senja yang menawan di Pont Alexandre III, atau pemandangan panorama kota Paris dari Sacré- Cœur sembari mendengarkan lantunan musik akordion, serta penyanyi jalanan menyanyikan La Vie en Rose.
Dunia terasa indah, hingga anda menyadari tas anda telah terbuka, dan dompet anda telah hilang.
Si Cantik yang Rumit dan Berbahaya
Sebelum pandemi COVID-19 melanda, berdasarkan data Bank Dunia tahun 2019, Paris merupakan kota tujuan wisata nomor satu di dunia, dengan jumlah kunjungan wisatawan asing sebanyak sekitar 90 juta pada tahun 2018. Apabila pandemi telah usai dan anda berencana untuk liburan ke Paris, jangan sampai liburan anda terganggu. Dan pastinya perhatikan hal berikut:
ADVERTISEMENT
1. Hindari Kerumunan di sekitar Menara Eiffel
Mengunjungi Menara Eiffel biasanya dilakukan pertama kali saat turis tiba di Paris. Dari parkiran atau dari pintu keluar Metro anda akan menyusuri jalan di sekeliling Menara Eiffel menuju pintu masuk. Banyak penjual di sepanjang jalan, dari penjual gantungan kunci, hingga harum manis.
Menara Eiffel. Foto : Pribadi
Mata anda terpaku pada kerumunan dan sebagaimana insting alami manusia, dapat dipastikan anda akan menoleh dan mencari tahu ada apakah ini?
Ternyata seorang turis sedang mengikuti permainan "cup and ball" dalam gelas. Aturan mainnya sederhana: terdapat tiga gelas dan satu bola. Pemain harus menebak di gelas manakah bola tersebut berada. Apabila benar, pemain dapat menggandakan taruhannya pada tebakan selanjutnya, dan seterusnya hingga puas.
ADVERTISEMENT
Satu pemain berhasil menebak letak bola dan menggandakan taruhannya. Ia memenangkan permainan dan mendapat 50 Euro. Selanjutnya, ia memasukkan uangnya ke dompet, berterima kasih, dan pergi. Secara acak, pemandu menunjuk seorang turis lainnya yang sedang menonton, dan diminta mengikuti permainan. Tebakannya benar, taruhan digandakan, dan benar lagi, digandakan kembali, dan menang 100 Euro. Ia pun mengantongi uangnya, lalu berterima kasih, dan pergi. Setelah melihat dua turis tadi, kemudian pemandu itu menunjuk anda.
“Do you want to try?”
Cup and Ball Game. Foto : Salutfromparis
Kerumunan orang asing mengelilingi anda, mereka sepertinya tidak saling mengenal, dan anda terlalu malu untuk berkata tidak.
Lagipula, permainan tadi tidak terlalu susah, gumam anda dalam hati.
Salah. Pergi secepatnya! ‘Turis’ yang berkerumun dan ‘menang’ itu adalah satu komplotan saling mengenal, yang sehari-harinya menargetkan turis-turis polos dalam perangkap dosa besar manusia: ketamakan.
ADVERTISEMENT
Ya, anda akan menang sekali, dan anda akan menggandakan uang anda hingga kalah dan semua uang anda habis. Jangan remehkan trik psikologis komplotan ini, tidak ada ruginya untuk selalu jauhi kerumunan di Paris.
2. Persahabatan instan di Sacré-Cœur
Basilika Sacré-Cœur. Foto : Dok Pribadi
Orang Indonesia adalah salah satu orang paling ramah di dunia. Sehingga, ketika seseorang memberikan tangannya, dan berkata “welcome to Sacré- Cœur, my friends”, anda akan tersenyum dan membalas salaman tangannya.
Lima detik kemudian, gelang persahabatan terpasang di tangan anda, dan anda harus membayar 20 Euro kepadanya. Itulah harga ‘persahabatan instan’ yang ditawarkan di Sacré- Cœur
Agar tidak terjebak dalam persahabatan instan tersebut, hindarilah bersikap terlalu ramah dengan orang yang tidak anda kenal di Paris.
ADVERTISEMENT
3. Aktivis hak-hak rentan di sekitar Louvre dan Jardin de Tuilleries
Piramida Louvre. Foto: dok pribadi
Tiga orang gadis remaja berjalan membawa papan alas dengan kertas dan pulpen ke arah saya dan suami yang sedang mendorong kereta bayi.
“Sir, would you please sign the right for disable in Paris area?”
'Aktivis' pendukung hak kaum rentan yang akan meminta 'tanda tangan' anda. Foto: www.newsflare.com
‘Tiga gadis remaja yang baik, sungguh pemurah hatinya, memikirkan hak-hak kaum rentan dan meluangkan waktunya untuk kerja sosial’, gumam kebanyakan orang.
It’s a trap! Itulah yang dipikirkan kebanyakan turis, yang kemudian menandatangani kertas ‘petisi’ tersebut.
Satu menit kemudian, anda akan terlibat keributan karena dipaksa ‘menyumbang’ minimal 20 Euro untuk ‘pembuatan fasilitas’ tersebut. Ingatlah bahwa pemerintah kota Paris telah memiliki anggaran untuk hal ini, mereka tidak memerlukan bantuan anda.
ADVERTISEMENT
Saya cukup beruntung, karena ‘diselamatkan’ oleh pasangan warga asli Paris yang geram dengan tindakan mereka.
4. Gerombolan remaja di Metro
Dari semua pencopet di Paris, kelompok anak sedang bermain berlarian di kereta bawah tanah Paris adalah pickpockets yang paling lihai.
Turis yang sibuk selfie, turis yang kerepotan membawa banyak belanjaan dan sibuk mengobrol merupakan target operasi para remaja tanggung ini. Modus operandi kelompok ini biasanya mudah terbaca oleh penduduk Paris, namun tidak disadari oleh turis.
Metro Paris. Foto: shutterstock oleh dade72
Modus operandi mereka sebenarnya sangatlah mudah terbaca. Satu kelompok terdiri dari 5-6 anak, biasanya lebih sering anak perempuan. Mereka biasanya akan mengobrol sambil mengintai calon korbannya, dan ketika telah mendapatkan calon korban, mereka akan bertindak seakan2 mereka saling dorong untuk masuk pintu kereta. Saat itulah mereka melancarkan aksinya.
Salah satu stasiun Metro paling ramai di Paris : Châtelet. Sumber : parisbytrain
Terkadang, modusnya berbeda. Anak yang lebih kecil bertugas untuk pura-pura bercanda, berlarian, memasukkan tangannya ke dalam tas anda, lalu mengambil dompet dan telepon genggam anda dengan sangat cepat. Ia kemudian berlari dan memberikan hasil curiannya kepada anggota kelompoknya yang lebih tua yang duduk menunggu dekat pintu keluar.
ADVERTISEMENT
Di pemberhentian berikutnya, mereka keluar. Anda pun baru menyadari ketika tas anda terasa lebih ringan.
Untuk menghindari komplotan ini, tetaplah waspada, hindarilah pakaian terlalu mewah dan mencolok, pakailah tas yang aman, serta bawalah uang tunai secukupnya.
Apa yang harus dilakukan apabila menjadi korban kejahatan? Empat modus tersebut hanyalah sebagian dari kejahatan yang dapat anda alami di Paris. Selama tinggal di Paris, saya mengalami lebih banyak tindak kejahatan daripada di Indonesia.
KBRI Paris. Foto : Kemlu
KBRI Paris mencatat sekitar lebih dari 170 Surat Pengganti Laksana Paspor (SPLP) diterbitkan dalam setahun. Jumlah turis yang kehilangan uang dan barang berharga lainnya selain paspor diperkirakan jauh lebih banyak dari jumlah penerbitan SPLP tersebut.
Polisi Paris memang tidak akan dapat menggantikan barang anda yang hilang. Namun, jangan panik, inilah yang harus dilakukan apabila anda mengalami kecopetan di Paris:
ADVERTISEMENT
Selamat berlibur! Tetap waspada, dan apabila pandemi telah usai nanti, jangan lupa tetap terapkan protokol kesehatan dimanapun anda berada.
ADVERTISEMENT