Mari Kenali dan Sikapi Denial Syndrome

Kana Ainii
Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
2 Juni 2022 18:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kana Ainii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : original penulis
zoom-in-whitePerbesar
sumber : original penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Denial adalah proses pertahanan yang dilakukan oleh seseorang untuk menolak mengakui fakta. Fase denial ini muncul ketika seseorang mengalami hal hal menyakitkan dalam dirinya. Pada beberapa kasus, untuk menghindari stress atau emosi jiwa mereka menggunakan denial sebagai cara terbaik. Denial Syndrome tidak pernah pisah dengan "it's okay" "aku fine" "gakpapa kok, aku gakpapa" "udah yaa lupakan aja" dan proses ini juga berfungsi untuk melindungi seseorang dari kecemasan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak selalu proses ini berakhir dengan hasil yang sempurna. Terkadang, hal ini justru mengganggu kemampuan seseorang untuk menghadapi sebuah tantangan.
Lalu, apakah denial syndrome ini baik untuk kesehatan mental seseorang?
Dalam jangka pendek, denial syndrome membantu seseorang memiliki waktu untuk berpikiran logis dan dapat menyesuaikan keadaan yang di hadapi, sehingga ia dapat bersikap menerima keadaan dan lebih tenang. Tetapi pada jangka panjang, sikap denial syndrome ini merugikan bagi kesehatan mental seseorang. Jika dilakukan terus menerus, maka seseorang akan selalu menghindari dan menyangkal masalah yang ada selamanya dan tenang tidak menghampiri hari serta hatinya.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor munculnya sikap denial pada seseorang, yaitu ketika ia tidak mau ambil pusing terhadap masalah sulit dalam hidupnya, ingin mengurangi konsekuensi yang akan ia hadapi dari masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengalami denial syndrome muncul tanda tanda seperti, ia akan selalu menolak ketika membahas masalah yang sedang ia hadapi, membohongi diri sendiri, lalu ia akan mencari kesalahan orang lain untuk menutupi masalahnya sendiri. Seseorang yang sudah mengalami tanda tanda tersebut, biasanya sudah merasa putus asa dan tidak berdaya pada tingkat tinggi. Ia merasa apapun masalahnya tidak perlu diselesaikan meskipun sudah tau titik permasalahannya sehingga apa yang dikatakan dan dilakukan akan mengalami perbedaan, dan ketika seseorang sedang menghadapi ia cenderung hanya mendengarkan nasehat orang lain dan memilih untuk pura pura menyetujui nasehat tanpa melakukan apapun.
Contoh kasus denial syndrome yang umum kita jumpai yaitu ketika seseorang mengalami masalah pertemanan, ia tidak mau membahas lebih lanjut dengan teman lainnya atau dengan orang lain dan hanya ingin memendam serta berpura pura tidak ada masalah apapun, atau salah satu pihak tidak mau beraktivitas seperti biasa dan meringkuk bersedih sendirian. Pada kasus Denial kita tentu harus mengenali beberapa cara untuk mengatasi sikap tersebut
ADVERTISEMENT
1. Beri ruang untuk setidaknya memahami perasaan dan kekhawatiran yang sedang dirasakan
2. Luangkan waktu untuk memikirkan masalah apa yang terjadi
3. Bicarakan masalah tersebut dengan orang yang dipercayai
4. Carilah pertolongan profesional untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Kenali dan pahami gejala gejala tersebut barangkali ciri ciri diatas terjadi pada diri kita. Karena Denial Syndrome yang dilakukan terus menerus dapat berujung kepada beragam jenis Mental Disorder. Mari jaga kesehatan mental diri mulai dari cintai diri sendiri.