Unik, RS di Bali Ini Juga Tangani Pasien Akibat Serangan Black Magic

Konten Media Partner
21 Mei 2022 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penanganan paien non medis di Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara - Foto: IST
zoom-in-whitePerbesar
Penanganan paien non medis di Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara - Foto: IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR, kanalbali.com – Praktek pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit non medis termasuk serangan 'Magic' (ilmu hitam-red) telah dibuka di RS Bali Mandara. Dalam penanganannya, RS milik Pemerintah Daerah ini melibatkan seorang apoteker yang menekuni usadha atau tehnik pengobatan tradisional Bali.
ADVERTISEMENT
"Keberadaan kami di rumah sakit ini bukan menggantikan pengobatan medis. Namun membantu dokter mendeteksi sumber sakit pasien secara non medis yang dapat menjadi penghambat dalam proses pengobatan (medis)," kata Penanggung Jawab dan Praktisi Pengobatan Tradisional di Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara, Gede Suardana, Rabu (18/5/2022)
Sejak diresmikan dan mulai beroperasi pada awal Maret 2022, poliklinik ini sudah melayani lebih dari 100 orang pasien dari berbagai daerah seperti Bali, Jakarta, dan Pulau Jawa.
Mereka yang datang rata-rata sudah bertahun-tahun menjalani pengobatan medis maupun non medis di tempat lain, hanya saja belum menunjukan tanda-tanda kesembuhan.
Suardana yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai seorang apoteker telah menekuni pengobatan tradisional sejak 14 tahun lalu dengan dasar sastra aksara Bali.
Gede Suardana, Penanggung Jawab dan Praktisi Pengobatan Tradisional di Poliklinik Kesehatan Tradisional Rumah Sakit Bali Mandara - Screenshot video di FB
Melalui ilmu tersebut, ia membantu untuk menghidupkan kembali inner power (tenaga dalam) pasien yang telah melemah akibat serangan ilmu hitam. Kemudian kekuatan pasien dan Tuhan disatukan untuk mengeluarkan benda asing dalam tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Proses pengobatan di Poliklinik ini bermula ketika pasien datang tetap akan diperiksa dari sisi medis seperti pemeriksaan tensi, suhu tubuh, dan beberapa pengecekan fisik lainnya yang dilakukan oleh perawat.
Kemudian pasien akan ditanya mengenai riwayat dan kronologi sakit, dilanjutkan dengan proses screening. “Dalam proses ini, pasien dan yang diobati harus satu pemahaman mengenai metode pengobatan yang dilakukan,” jelasnya.
Saat itu tubuh pasien akan diurip (dihidupkan-red) sastra aksara Bali melalui bacaan tertentu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan inner power pasien. Jika kekuatan dalam pasien bangkit, penyakit non medis di tubuh akan bergerak.
"Energi yang bergerak ini yang mampu kami screening, sekaligus dapat melihat bagian tubuh mana yang dipegang oleh kekuatan non medis. Bagian yang diserang itu akan terasa sakit," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Suardana menjelaskan, proses penyembuhan setiap pasien memerlukan waktu yang berbeda-beda. Ada yang berobat minimal 2 - 3 kali untuk pasien dengan kategori sakit ringan. Jika sakitnya sudah berat seperti kelumpuhan atau cacat lainya pengobatan dilakukan hingga 7 kali atau lebih.
Jika sakitnya telah menahun, akan disarankan untuk melakukan puasa mutih dengan mengkonsumsi air putih dan nasi putih saja selama tiga hari untuk meningkatkan inner power sehingga cengkraman non medis akan melemah karena merasa hawa panas di dalam. Setelah tubuh pasien bersih dari hal yang berbau non medis, akan dilanjutkan dengan akupuntur.
Ia menuturkan, ketika sumber atau sebab sakit non medis tidak terlihat saat pasien didiagnosa dalam pengobatan medis. Saat itulah seorang dokter memerlukan ahli pengobatan tradisional untuk bekerjasama agar sakit pasien tidak berlarut-larut. Hanya saja saat ini pengobatan tradisional belum sepenuhnya diterima di kalangan medis.
ADVERTISEMENT
Suardana mengatakan, jika kepala dikuasai oleh penyakit non medis, dilakukan juga upaya hipnotis terhadap pasien. Tujuannya, agar mengembalikan jati diri pasien. Ditekankan bahwa badan, dan pikiran ini punya dia, maka siapapun tidak boleh mengendalikan.
Ia menjelaskan bahwa baru pertama kalinya pengobatan tradisional atau non medis berada di rumah sakit sebagai upaya penyembuhan alternatif. Langkah ini merupakan permulaan. Sebab selama ini antara pengobatan non medis dan medis sangat berseberangan, padahal keduanya masih berhubungan erat.
"Sisa dari hasil pengobatan non medis akan memerlukan pengobatan medis untuk penyembuhan secara optimal," jelasnya. Bukti kesembuhan dari pengobatan non medis ini juga dibuktikan dari hasil uji bukti klinis pasien pasca pengobatan non medis. (Kanalbali/LSU)