Sempat Jadi Pusat Kuliner, Pesisir Pebuahan Kini Terancam Tenggelam

Konten Media Partner
7 Januari 2019 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi abrasi di Pantai Pebuahan, Jembrana (kanalbali/KR6)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi abrasi di Pantai Pebuahan, Jembrana (kanalbali/KR6)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
JEMBRANA, kanalbali.com - Warga Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana pasrah terhadap bencana abrasi yang dihadapi kawasan pesisir sejak bertahun-tahun tanpa penanganan.
ADVERTISEMENT
Bencana abrasi di wilayah tersebut, selain meluluhlantakan sejumlah warung kuliner, rumah warga dan jalan desa, juga mengancam daratan padat pemukiman penduduk. Sementara pemerintah daerah hanya bisa berkeluh kesat ke pemerintah pusat, berharap abrasi di bumi kepung itu segera memdapat penanganan.
Amatan wartawan kanalbali, untuk memperkecil gempuran ombak yang selama ini mengikis kawasan pesisir tersebut, warga tak henti-hentinya menanggulangi sendiri dengan menggunakan karung berisi pasir yang diletakan berjejer di pinggir pantai.
Sayangnya usaha tersebut tidak maksimal, abrasi terus saja terjadi. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana juga sejak beberapa bulan ini  memasang empat buah geotextile tube (alat pencegah abrasi laut) di empat titik rawan abrasi di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru.
ADVERTISEMENT
Namun disayangkan pemasangan alat itu hanya sebatas uji coba dan Pemkab sendiri dari informasi tidak melakukan penambahan  dan tidak ada rencana mengadakan alat tersebut. Hal ini tentu saja dipertanyakan warga sekitar terutama terkait keseriusan Pemkab Jembrana menanggulangi bencana abrasi tersebut.
"Ya patut dipertanyakan keseriusan Pemkab/pemerintah dalam menangani abrasi di wilayahnya. Di negara lain alat ini cukup bagus untuk mencegah abrasi tapi kenapa langkah ini tidak dilakukan juga? Kalau sebatas uji coba ya tidak serius," kata Umar salah seorang pemuda Banyubiru, Senin (7/1/2019).
Terkait hal tersebut, Kepala Bidang Sumber Daya Air pada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana Wayan Widnyana dikonfirmasi mengatakan pihaknya memang memasang geotextile tube.  "Itu kami dapat dari sponsor yang difasilitasi oleh balai pantai yang berkantor di Musi Buleleng. Jadi belum ada rencana penambahan alat. Juga belum ada rencana pengadaan alat itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Pemasangan alat dinilai mulai menunjukkan hasil positif. Alat itu  berfungsi untuk mengumpulkan pasir ke pesisir pantai dan bertujuan agar pesisir tak tergerus abrasi. Dengan  uji coba pemasangan empat geotextile tube  dengan panjang 20 meter dan lebar 2,2 meter dari garis pantai sejak beberapa bulan lalu itu, banyak  pasir yang sudah terdampar di pesisir.
Pihaknya berharap dengan adanya pemasangan  alat geotextile tube bisa lebih maksimal menanggulangi abrasi. Pihaknya berharap ini bisa menjadi solusi alternatif menangani abrasi. (kanalbali/KR6)