Lemahnya Pengawasan Jadi Penyebab Kebakaran Bus di Bandara Ngurah Rai

Konten Media Partner
11 September 2019 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pemadaman api saat kejadian pada Jum'at (6/9) - kanalbali/KAD
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemadaman api saat kejadian pada Jum'at (6/9) - kanalbali/KAD
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BADUNG, kanalbali - Hasil investigasi terbakarnya satu unit bus milik Gapura Angkasa di area parkir Apron Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai mengindikasikan lemahnya pengawasan terhadap pemeliharaan fasilitas di lokasi itu.
ADVERTISEMENT
Elfi Amir selaku Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Bali meyampaikan adanya kelemahan pengawasan di pihak maintenance yang seharusnya dilaporkan ke supervisor sehingga berjalan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Pengawasan harus ada supervisor jadi setiap dicek habis pengecekan di laporin ke supervisor. Misalnya driver habis cek ke kendaraannya kasih ke mekanik," kata Elfi saat dikonfirmasi via telepon, Rabu (11/9).
Adapun detailnya adalah lemahnya quality control terhadap pemeliharaan Apron Passangers Bus (APB) PT. Gapura Angkasa, Kedua , kurangnya kepatuhan terhadap regulasi terkait peralatan Ground Support Equipment (GSE) khususnya APB dan ketiga kurangnya pengetahuan pengemudi APB untuk menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dalam kondisi darurat.
"Kemudian, surat perbaikan harusnya ada di supervisor. Ini pengawasan maintenance lemah harusnya tertulis. Kalau ada kerusakan melapor ke mekanik. Sebetulnya, SOP-nya setelah diperbaiki dia lapor ke supervisor ," sambung Elfi mengenai kebakaran yabg terjadi Jumat (6/9) sekitar pukul 13.25 Wita lalu.
ADVERTISEMENT
Elfi kemudian juga menjelaskan mengenai kurangnya kepatuhan terhadap regulasi. Hal tersebut, dikarenakan karena belum adanya pelatihan bagi para driver seperti pemakaian Apar.
"Harusnya ada pelatihan, itu tidak pernah ada pelatihan. Waktu bikin tanda izin mengemudi di Kantor Otoritas dia (driver) diberikan pelatihan bagaimana memakai Apar tapi pelaksanaanya tidak ada," ujarnya.
"Kemarin tanggal 10, saya kumpulkan seluruh airline supaya para driver itu dikasih pelatihan menggunkaan Apar. Nah mungkin perlu biaya besar. Jadi saya mengintruksikan gon halding dan airline sehingga perna melakukan pelatihan," sambung Elfi.
Menurut Elfi para driver tidak mengerti memakai Apar. Sehingga ketika peristiwa kebakaran bus langsung panik dan tidak paham harus menyemprot yang mana.
"Yang pasti drivernya tidak pernah memakai Apr tidak mengerti. Jadi kalau ada kejadian panik saja karena memang kita investigasi tidak pernah melakukan pelatihan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya penyebab kebakaran satu unit bus tersebut. Ia menjelaskan adanya harus pendek di daerah dekat aki yang menimbulkan percikan api.
"Kayaknya kalau sementara kelihatan ada arus pendek itu di daerah dekat aki di belakang mesinnya itu," katanya.
Saat ditanya soal sanksi apa yang akan diberikan kepada pihak Gapura Angkasa mengenai kebakarnya bus tersebut. Elfi menjelaskan untuk sanksi tidak ada namun lebih kepada pembinaan.
"Sanksi tidak ada yah, kita sebagai kantor otoritas melakukan pembinaan. Jadi kita memberikan ke Gapura supaya kejadian ini menjadi perhatian, supaya memperbaiki dan rekomendasi-rekomendasi kita di jalani dan diperbaiki supaya tidak terulang lagi," ujar Elfi.
Selain itu, Elfi menambahkan atas kesimpulan dari investigasi tersebut Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan safety recomendation yang harus ditindaklanjuti oleh setiap stakeholder terkait.
ADVERTISEMENT
"Dalam waktu dekat setiap stakeholder terkait diharapkan membuat corrective action plan untuk setiap safety recomendation tersebut. Sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pelayanan jasa angkutan udara di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali," ujarnya.(kanalbali/KAD)