Angka Kematian Tinggi, Koster Sebut Ada Rumah Sakit di Bali Mengcovidkan Pasien

Konten Media Partner
5 Januari 2021 14:48 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bali Wayan Koster saat jumpa pers awal tahun mengenai penanganan COVID-19 di Bali - ACH
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bali Wayan Koster saat jumpa pers awal tahun mengenai penanganan COVID-19 di Bali - ACH
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR - Gubernur Bali Wayan Koster mengungkapkan, tingginya kasus kematian COVID-19 di Bali antara lain karena adanya sejumlah Rumah Sakit yang mengcovidkan pasien.
ADVERTISEMENT
"Secara umum yang meninggal adalah karena penyakit bawaan, bahkan ada yang meninggal bukan karena COVID-19 tapi kemudian dimasukan meninggal karena COVID-19. Padahal sudah masuk RS juga bukan karena COVID-19, tiba-tiba meninggal ketika diswab, imunnya sudah habis," kata Koster dalam jumpa pers di Gedung Gajah Jayasabha komplek Rumah Dinas Gubernur, Selasa (5/1/2021).
Koster menuturkan, seandainya fenomena itu tak terjadi di Bali, angka kematian kasus positif COVID-19 di Pulau Dewata bisa lebih kecil dari jumlah saat ini, yakni 538 orang per Senin (4/1) kemarin.
"Itu banyak yang seperti itu (dicovidkan) , kalau itu dibersihkan saya kira yang meninggal bisa sedikit lagi. Hampir di setiap rumah sakit ada begitu, ada semua," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Mengenai tindakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi dengan adanya itu, Koster tak menjelaskan lebih jauh. Menurutnya fenomena itu terjadi sudah sejak lama. "Sudah lewat, sudah lama juga itu," tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya - ACH
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya meluruskan apa yang disampaikan oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Menurutnya, kasus yang disebut Koster adakah kasus pasien yang memiliki riwayat penyakit lain, namun saat di swab hasilnya positif COVID-19.
"Mungkin maksud pak Gubernur dulu banyak yang meninggal di jalan. Ternyata setelah di swap hasilnya positif. Atau yang masuk rumah sakit dengan kasus yang lain, karena meninggal dan keluarga minta di swab ternyata hasilnya positif. Itu maksudnya pak Gubernur. Jadi beliau bukan menyalahkan RS," terangnya.
ADVERTISEMENT
Soal pendataan yang dilakukan, selama ini Suarjaya mengaku pasien yang meninggal dengan penyakit lain namun saat dilakukan swab hasilnya positif COVID-19, datanya tetap masuk dalam kategori meninggal karena COVID-19. "Jadi tetap, kalau di secara laboratorium positif ya dianggap COVID-19, pegangan kita memang itu," terangnya. (Kanalbali/ACH)