Naik Turun Harga, Pedagang Kedelai di Ngawi Ingin Jaminan Kestabilan

KampoengNgawi
Ngawi punya cerita yang penuh Ekspresi dan Edukasi - Partner kumparan.com
Konten dari Pengguna
14 September 2022 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KampoengNgawi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pedagang kebutuhan pokok di Kios Karto Loso Walikukun Ngawi. Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang kebutuhan pokok di Kios Karto Loso Walikukun Ngawi. Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
NGAWI – Di Kabupaten Ngawi terdapat kios sembako yang bernama “Karto Loso”. Pemilik kios mengaku cukup kerepotan dengan melonjaknya harga kedelai jenis impor asal Amerika dalam beberapa hari terakhir. Hal itu menyebabkan daya beli bagi produsen berkurang.
ADVERTISEMENT
Ibu Menik, seorang pedagang di kios sembako “Karto Loso” yang menjual bahan kebutuhan pokok adalah salah satu yang kena imbas dari kondisi ini. Ia menyampaikan jika kondisi ini sudah sering terjadi.
"Sebelumnya harga kedelai impor dari USA hanya Rp 10.000 per kilogram saya jual. Sekarang sudah naik menjadi Rp 12.000 per kilogram. Seperti ini sudah terjadi sejak sebulan terakhir kira-kira,” ungkapnya.
Dengan kenaikan harga seperti itu, pedagang mengaku omzet jualan mereka menurun cukup drastis meski tidak bisa diprediksi secara angka pasti. Dampaknya, pelanggan di kios “Karto Loso” yang membeli kedelai untuk membut tempe dan tahu mengalami mogok produksi.
Ibu Menik menambahkan, dengan kenaikan harga kedelai ini membuat sedikit ada perubahan pada intensitas pembelian. Misalnya yang biasa membeli pasokan kedelai jenis impor setiap seminggu 3 kali sekarang menjadi 1 kali.
ADVERTISEMENT
“Kalau masalah pasokan juga ada perubahan yang biasanya setiap seminggu membeli 9 ton kedelai impor sebanyak 2 atau 3 kali sekarang dengan kenaikan harga tersebut berubah menjadi seminggu sekali," keluh Ibu Menik yang tidak tahu kenapa harga naik.
Tetapi, lanjut Ibu Menik, kedelai selalu habis meski daya beli konsumen berkurang dengan kenaikan harga tersebut. Ibu Menik memprediksi kondisi itu sedikit banyak disebabkan juga oleh langkanya kedelai jenis lokal akibat jarang petani yang menanam.
"Biasanya saya membeli pasokan kedelai jenis lokal didaerah Madiun,Jawa Timur tetapi petani disana sudah jarang menanam," sambungnya.
Selama ini, kedelai lokal selalu kalah bersaing dengan kedelai impor, khususnya dari sisi harga. Kedelai impor lebih murah dibandingkan dengan kedelai lokal.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, jika dinilai, kedelai lokal memiliki rasa yang lebih enak jika digunakan sebagai bahan baku utama membuat tahu karena sari dari kedelainya lebih banyak. Sebaliknya, kedelai impor banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan tempe.
“Kedelai lokal sebenarnya lebih enak kalau dibuat tahu. Tapi barangnya yang sulit didapat di pasaran. Kalau yang impor biasa dijadikan bahan baku tempe karena lebih bersih dan melar teksturnya,” terangnya.
Atas kondisi ini, pihak kios “Karto Loso” berharap agar harga kedelai impor ke depan lebih stabil. Hal ini dikarenakan para pedagang menginginkan adanya jaminan menghindari naik turunnya harga pasar yang bisa memicu kerugian.
“Sekarang misal kita membeli kedelai dengan harga tinggi, tiba-tiba di pasaran harga kedelai turun. Kami sebagai pengecer yang menanggung rugi. Keinginan kami sih harga stabil jadi ada kejelasan dan kepastian selama berdagang,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
****
Kontributor : Maharani Dian Anggreini dan Ignatius Soni Kurniawan