Calon Mahasiswa, Ini 5 Mitos saat Pilih Kuliah di Jurusan Psikologi

Zukhruf Kalyana Mukti
Bachelor of psychology from Sarjanawiyata Tamansiswa University. Interested in social and psychological issues
Konten dari Pengguna
27 Februari 2023 4:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zukhruf Kalyana Mukti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kamu tertarik dengan bidang keilmuan yang membahas tentang pola pikir dan tingkah laku manusia? Jika ya, pasti kamu cenderung memilih jurusan psikologi untuk program sarjana kamu.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia saat ini mulai sadar akan pentingnya kesehatan mental sehingga banyak muda-mudinya tertarik dengan isu-isu psikologi. Hal ini pun berdampak pada kenaikan peminat jurusan psikologi.
Materi pembelajaran yang fokus membahas tentang pola pikir dan tingkah laku manusia, membuat mahasiswa dan mahasiswi dari jurusan psikologi kerap mendapat anggapan khusus, misalnya bisa membaca pikiran orang lain atau tidak memiliki masalah dalam hidupnya.
Berikut adalah beberapa hal yang harus kamu tahu kebenarannya sebelum memilih masuk dalam jurusan psikologi. Penasaran? simak selengkapnya!

1. Kuliah Psikologi Itu Berobat Jalan

Ilustrasi konsultasi dengan psikolog saat pandemi COVID-19. Foto: Shutter Stock
Beberapa orang berharap dapat ‘menyembuhkan’ diri dengan masuk kuliah jurusan psikologi. Anggapan ini tidak bisa dianggap benar sepenuhnya, namun juga tidak salah.
Mengapa? sebab dengan masuk kuliah jurusan psikologi kamu akan diajak untuk membedah bagaimana pola pikir dan tingkah laku manusia berdasarkan teori psikologi.
ADVERTISEMENT
Kamu juga akan diajarkan bagaimana caranya berempati terhadap perbedaan manusia, sebab tiap manusia memiliki keunikan sendiri. Hal ini dapat mendorong kamu melakukan penerimaan diri sendiri.
Namun, bisa juga sebaliknya. Maka dari itu, jika kamu merasa mengalami masalah yang sulit kamu hadapi sendirian, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ya.

2. Jurusan Psikologi Enggak Ada Matematikanya

Ilustrasi Matematika. Foto: Rawpixel.com/Shutterstock
Jurusan psikologi tidak ada hitung menghitung adalah anggapan yang salah besar! Dalam jurusan psikologi kita akan bertemu mata kuliah yang bernama statistika beserta turunannya. Tak hanya menghitung menggunakan rumus-rumus, tapi kita juga belajar aplikasinya.
Selain bertemu mata kuliah statistika, kita akan bertemu salah satu metode penelitian untuk skripsi, yakni metode kuantitatif yang menggunakan perhitungan melalui statistika. Jadi kalo kamu ambil jurusan psikologi dengan harapan tidak ada hitung menghitung, kamu akan menyesal.
ADVERTISEMENT

3. Anak Psikologi Bisa Baca Pikiran Orang

com-Ilustrasi berpikir Foto: Shutterstock
Percayalah, hanya Tuhan dan dirimu sendiri yang mengetahui kedalaman hati dan pikiranmu. Mahasiswa dan mahasiswi psikologi tidak bisa. Mereka memang belajar tentang pola pikir manusia, namun melalui berbagai mekanisme seperti wawancara, observasi dan asesmen.
Hasil dari mekanisme inilah yang akan digunakan untuk menafsirkan kepribadian dan karakter seseorang. Seseorang yang ingin dibantu oleh psikolog dan psikiater sekalipun, harus terbuka akan permasalahannya agar mereka dapat menafsirkan dan membantu mencari solusi. Jadi, anggapan bahwa anak psikologi bisa baca pikiran orang adalah salah total.

4. Tidak Memiliki Masalah

Ilustrasi stres. Foto: Shutterstock
Tidak mungkin. Sepanjang manusia hidup, pasti mereka akan mengalami berbagai masalah. Biak itu kesalahan kecil maupun besar. Tidak terkecuali ketika menjadi mahasiswa atau mahasiswi psikologi. Mereka pun memiliki permasalahan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Mempelajari pola pikir dan tingkah laku manusia tidak menjadi jaminan seseorang memiliki jawaban atas setiap permasalahannya. Maka dari itu, tidak jarang mahasiswa atau mahasiswi psikologi juga mendatangi psikolog atau psikiater agar dibantu memahami dan mencari jalan keluar atas masalahnya.

5. Psikolog Sama dengan Psikiatri

Ilustrasi konsultasi dengan psikolog. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Meski sama-sama mengurus masalah tentang mental, namun profesi psikolog dan psikiater berbeda. Psikiater harus menempuh sekolah kedokteran, kemudian mengambil spesialisasi psikiatri sehingga dapat mengobati pasien dengan meresepkan obat.
Sedangkan psikolog adalah sarjana dari jurusan psikologi yang melanjutkan pendidikan profesi. Psikolog juga tidak diperkenankan memberikan obat.
Pada intinya, jurusan psikologi sangat cocok untuk kamu yang sangat tertarik dengan keunikan manusia. Semoga setelah mengetahui soal mitos-mitos tersebut, kamu jadi lebih memahami jurusan psikologi ya.
ADVERTISEMENT