Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keragaman Budaya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
14 Desember 2021 18:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keragaman Budaya. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keragaman Budaya. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sikap toleransi dan empati sosial dapat diwujudkan dengan memahami bahwa keragaman budaya membutuhkan penguatan budaya lokal di tengah budaya lain yang sama-sama bertahan.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, toleransi dapat diasah dengan memahami berbagai perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi budaya terhadap suatu hal, jika tidak disikapi dengan bijaksana, dapat berbuah perselisihan.
Tingkat toleransi menentukan tingkat penerimaan seseorang terhadap perbedaan dan perselisihan yang mungkin muncul.
Sementara pengertian empati sosial adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain oleh seorang individu atau suatu kelompok masyarakat.
Budaya orang lain menjadi landasan bersikap dalam setiap interaksi yang terjalin. Empati berpotensi untuk mengubah perbedaan menjadi saling memahami dan mengerti secara mendalam.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai sikap toleransi dan empati sosial terhadap keragaman budaya, berikut penjelasannya.

Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keragaman Budaya

Sikap Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keragaman Budaya. Foto: iStock
Dikutip dari Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat oleh Bagja Waluya, sikap toleransi dan empati sosial terhadap keragaman dan perubahan kebudayaan dapat diwujudkan dalam perilaku sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
1. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya
Sikap saling percaya dapat menjadi kekuatan dalam mewujudkan komunitas warga untuk menciptakan kehidupan yang demokratis melalui toleransi, solidaritas, kepercayaan, serta struktur sosial yang kooperatif antarwarga.
2. Membangun Masyarakat Anti-SARA
SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan atas sentimen identitas yang menyangkut suku bangsa, agama, ras, dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi, dan pelecehan yang didasarkan atas identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tindakan SARA.
Anti-SARA adalah suatu tindakan sistematis untuk memerangi masalah SARA dalam berbagai bentuk, termasuk sistem dan kebijakan diskriminatif serta sentimen-sentimen SARA yang secara tidak sadar telah tertanam dalam diri setiap anggota masyarakat sejak usia kanak-kanak.
Gerakan moral anti-SARA berupaya untuk mengikis ketimpangan-ketimpangan tersebut melalui suatu sistem yang mengoreksi dan mengakomodasi ketidakadilan sosial.
ADVERTISEMENT
Sementara Masyarakat Anti-SARA adalah sekelompok manusia, baik terikat dalam sebuah institusi maupun sebagai publik, yang sikap dan perilakunya senantiasa dilandasi dengan penuh toleransi dan empati sosial yang tinggi dalam menyikapi setiap perbedaan identitas, seperti suku bangsa, agama, ras, dan golongan.
Ilustrasi Masyarakat Anti-SARA. Foto: iStock
Mereka selalu berupaya menyingkirkan segala hal yang berbau SARA, yang ditunjukkan dengan kemampuan bekerja sama dengan seluruh komponen masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Masyarakat Anti-SARA di Indonesia merupakan organisasi independen yang memperjuangkan terciptanya tatanan masyarakat yang menjunjung keadilan sosial dan persamaan hak bagi seluruh manusia.
Sebagai institusi sosial yang bersifat nirlaba, berikut tujuan didirikannya Masyarakat Anti-SARA di Indonesia.
ADVERTISEMENT
(SFR)