Penyebab Usus Buntu dan Cara Pengobatannya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2021 14:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penderita penyakit usus buntu. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penderita penyakit usus buntu. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Penyakit usus buntu terjadi akibat adanya peradangan dan pembengkakan di dalam usus buntu. Usus buntu sendiri merupakan organ berbentuk kantong, yang terhubung dengan usus besar. Sampai saat ini, masih belum diketahui fungsi usus buntu sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang terkena penyakit usus buntu, awalnya akan merasakan sakit yang kerap muncul dan hilang di perut bagian tengah. Rasa sakit ini, dalam waktu beberapa jam akan terasa semakin konstan dan perlahan berpindah menuju sumber peradangannya, yaitu perut bawah sebelah kanan.
Nyeri usus buntu biasanya semakin terasa, apabila penderitanya berjalan, batuk, atau mencoba menekan area yang sakit. Gejala lainnya yang dapat mengiringi penyakit usus buntu, yaitu mual, diare, hingga hilangnya nafsu makan.
Lantas, apa sebenarnya penyebab usus buntu menjadi penyakit yang memiliki nyeri tak tertahankan? Agar lebih memahaminya, simak uraian lengkap berikut ini.
Penyakit usus buntu dapat dirasakan dibagian perut bawah sebelah kanan. Foto: Unsplash

Penyebab Penyakit Usus Buntu

Penyebab penyakit usus buntu masih belum diketahui secara pasti. Berdasarkan buku Hukum Kesehatan Tentang Hukum Malapraktik Tenaga Medis karya Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H. (2020: 214), banyak hal yang berpotensi menyumbat usus buntu, di antaranya meliputi:
ADVERTISEMENT
Ketika usus buntu tersumbat, bakteri dapat berkembang biak di dalamnya, yang menyebabkan pembentukan nanah dan pembengkakan.
Akibat pembengkakan ini, muncul tekanan menyakitkan di bagian perut. Itulah sebabnya, penderita usus buntu sering kali mengalami nyeri di bagian perut bawah sebelah kanan.
Sebagian besar penderita penyakit usus buntu yang parah sebelumnya pernah mengalami gejala-gejala ringan yang sering diabaikan. Penderita tidak pernah memeriksakan dirinya ke dokter, karena gejala tersebut kerap timbul dan menghilang dengan sendirinya.
Apabila penyumbatan usus buntu yang ringan ini tidak diobati, akan ada penumpukan nanah di dalam kantong usus buntu ini. Tiga puluh enam jam sejak infeksi muncul, sampai terbentuknya kantong bernanah, kantong ini dapat pecah.
ADVERTISEMENT
Jika kantong pecah, dapat menyebabkan kontaminasi kuman-kuman ke organ-organ perut lainnya (periotonitis). Keadaan periotonitis ini sangat emergensi. Penderita harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyakit usus buntu yang menimbulkan rasa nyeri tak tertahankan, perlu mendapatkan tindakan pengobatan yang tepat. Foto: Unsplash

Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Penyakit usus buntu dapat ditangani dengan cara berbeda, bergantung pada kondisi penderita saat didiagnosis. Dirangkum dalam buku Mengenali Keluhan Anda: Info Kesehatan Umum untuk Pasien oleh Dr. Ayustawati, PhD (2013: 28), pengobatan penyakit usus buntu dapat dilakukan dengan dua tindakan, di antaranya sebagai berikut.
1. Operasi Usus Buntu
Operasi usus buntu dilakukan dengan beberapa cara. Saat operasi berlangsung, seluruh bagian usus buntu yang meradang akan dipotong. Terdapat dua cara untuk memotongnya, yaitu metode laparoskopi dan bedah tradisional.
Pada metode laparoskopi (operasi key hole), peralatan yang disebut laparoskop (pipa kecil yang dilengkapi dengan kamera), dimasukkan lewat irisan kecil di kulit perut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, metode bedah tradisional dilakukan dengan membentuk irisan di bagian perut bawah sebelah kanan, sampai bagian usus buntu ditemukan, untuk selanjutnya dipotong.
Apabila kantong bernanah usus buntu sudah pecah, dokter akan menghubungkan pipa kecil keluar untuk mengeluarkan sisa-sisa nanah dan memberikan antibiotik berupa infus ke penderita, untuk seterusnya melemahkan dan membunuh kuman-kuman tersebut.
2. Penanganan Konvensional
Penanganan jenis ini dilakukan apabila penderita tidak dalam kondisi yang baik untuk melakukan tindakan operasi. Penanganan hanya dilakukan dengan pemberian obat antibiotik. Pada akhirnya, operasi tetap dapat dilaksanakan, setelah kondisi penderita mulai stabil.
(VIO)