Cerita Rakyat Asal-usul Padi dan Pesan Moralnya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
26 April 2024 18:14 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Cerita Rakyat Asal-usul Padi dan Pesan Moralnya, Foto: Pexels/Monstera Production
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cerita Rakyat Asal-usul Padi dan Pesan Moralnya, Foto: Pexels/Monstera Production
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerita rakyat asal-usul padi merupakan salah satu legenda yang diturunkan oleh moyang. Meski hanya cerita fiksi, namun mengandung pesan moral yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Asal-usul padi memiliki banyak versi cerita yang dianut oleh beberapa daerah dan diyakini oleh rakyat setempat. Mulai dari legenda Dewi Sri dari Tanah Jawa hingga cerita rakyat Si Beru Dayang dari Tanah Karo.

Nilai yang Terkandung pada Cerita Rakyat

Ilustrasi Cerita Rakyat Asal-usul Padi dan Pesan Moralnya, Foto: Pixabay/51581
Meski mempunyai banyak versi cerita, nilai-nilai yang terkandung dalam legenda asal-usul padi seringkali dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengutip laman Kebudayaan Kemdikbud, cerita yang menceritakan bagaimana asal usul terjadinya padi mengandung beberapa nilai sosial dalam masyarakat.
Adapun nilai-nilai tersebut, di antaranya adalah nilai musyawarah, kesetiakawanan, pengorbanan, kerukunan, berjiwa besar, suka menolong dan patuh pada nasihat orang tua.

Cerita Rakyat Asal-usul Padi

Ilustrasi Cerita Rakyat Asal-usul Padi dan Pesan Moralnya, Pexels/Sergei A
Berikut ini adalah cerita rakyat tentang asal-usul padi yang mengandung pesan moral untuk kehidupan masyarakat:
ADVERTISEMENT

1. Legenda Dewi Sri

Dahulu kala di daerah Jawa Tengah, terdapat seorang raja yang bernama Prabu Sri Mahapunggung atau lebih dikenal dengan nama Bathara Srigati atau Bathara Guru dan berasal dari Kerajaan Medang Kamulan.
Bathara Guru memiliki seorang putri angkat bernama Dewi Sri.
Putri yang berhasil memikat hati Bathara Guru ini diyakini sebagai titisan neneknya, Bathari Sri Widowati.
Selain memiliki parah yang elok, Dewi Sri juga merupakan sosok putri yang amat cerdas. Tak ayal jika ayahnya sendiri tergoda dengan kemolekan anaknya.
Karena kecantikan dan kecerdasannya itu, Dewi Sri dikenal sebagai Dewi Padi, sedangkan adiknya yang bernama Sadana sebagai Dewa Hasil Bumi, seperti umbi-umbian, kentang, sayuran, dan lainnya.
Dalam legenda, Dewi Sri meminta kepada Bathara Guru untuk mencarikan buah yang telah lama dia idam-idamkan.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi syarat sebelum Bathara Guru menyalurkan hasratnya kepada Dewi Sri.
Sayangnya, Bathara Guru tak berhasil mendapatkan buah itu. Alhasil, Dewi Sri tidak mempunyai selera makan.
Namun akhirnya, Dewi Sri pun mati. Meski begitu, kematiannya malah menghadirkan kesuburan dan kehidupan.
Mulai dari kepalanya yang tiba-tiba tumbuh pohon kelapa, hingga pusarnya tumbuh tanaman padi.
Sementara vaginanya tumbuh pohon aren. Dan dadanya mencul buah gantung berupa buah pepaya.
Tangannya kemudian tumbuh mangga. Dan kakinya tumbuh buah-buahan yang terpendam, seperti ubi dan ketela.
Keanehan yang terjadi pada tubuh Sri ini dikaitkan sebagai simbol kehidupan.
Simbol inilah yang menjadi lakon keberadaan legenda Dewi Sri atau sang Dewi Padi hingga kini, terutama bagi masyarakat yang berada berkecimpung dalam dunia agraris dan petani padi.
ADVERTISEMENT
Karena legenda itu, masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani sangat mencintai Dewi Sri.
Bahkan kecintaan mereka diwujudkan dalam rasa keprihatinan mereka terhadap pemeliharaan padi.
Dari rasa inilah yang kemudian memicu kemunculan kultur padi.
Sehingga tak heran jika para petani yang berdomisili di Pulau Jawa, dulu tampak memperlakukan tanaman padi bagaikan perempuan yang harus disayangi setiap hari.
Kebanyakan dari petani menyadari bahwa pada hakikatnya, kehidupan sama halnya tentang perempuan yang lemah akan selalu terancam oleh kekuatan fisik yang hendak memperkosanya.
Demikian pula, padi dalam setiap saja dapat dengan mudah dimusnahkan oleh kekuatan alam.
Tradisi Petani untuk Dewi Sri
Kesadaran para petani yang dihubungkan dengan kehidupan seseorang yang lemah itu pun kini diimplementasikan menjadi budaya padi.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, ketika sawah mulai penuh dengan bulir-bulir padi, maka para petani akan melakukan upacara isen-iseni.
Dalam upacara tersebut, mereka bersama-sama menaburkan makanan yang terbuat dari ketan dan gula ke pinggir-pinggir sawah sambil mengucapkan japa mantera.
Mantera ini menjadi doa agar segala hama padi, seperti burung emprit, babi hutan, hingga walang sangit tidak datang dan merusak tanaman padi mereka.
Menurut legenda masyatakat Tanah Jawa, hewan-hewan tersebut berasal dari Dewa Anta yang menjelma menjadi mahkluk jahat bernama Kala Gumarang.
Ia merasa iri terhadap kodrat dan kehidupan Dewi Sri. Alhasil, Kala Gumarang berusaha membunuhnya, tapi gagal terus.
Akan tetapi, setelah kematian Dewi Sri, Kala Gumarang berubah menjadi jelmaan burung emprit yang ingin memusnahkan semua padi titisan Dewi Sri.
ADVERTISEMENT
Dewa Wisnu yang mengetahui niat jahat Kala Gumarang, kemudian membunuhnya saat sedang menjadi jelmaan emprit.
Sayangnya, darah emprit yang dibunuh itu menyiprat kemana-mana, hingga berubah menjadi ribuan emprit, walang, serangga perusak padi, tikus sawah, dan babi hutan.

2. Legenda Si Beru Dayang

Sama halnya dengan legenda Dewi Sri yang diyakini oleh masyarakat di Tanah Jawa, Si Beru Dayang juga menjadi salah satu cerita rakyat yang terkenal di Tanah Karo, Sumatera Utara.
Si Beru Dayang dipercaya menjadi legenda asal-usul padi yang sekarang menjadi sumber penghidupan sebagian warga di Tanah Karo.
Cerita Si Beru Dayang ini diturunkan dari leluhur dan masih berkembang di tengah masyarkaat Karo.
Menurut legenda, dahulu kala berdiri sebuah kerajaan di Tanah Karo yang mengalami kesengsaraan tidak hentinya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, kerajaan itu dilanda kemarau yang begitu panjang hingga rakyatnya mengalami krisis pangan secara besar-besaran.
Di kerajaan tersebut, hiduplah seorang anak yatim yang bernama Beru Dayang.
Ia hidup bersama dengan ibunya di sebuah perkampungan miskin yang sedang kekurangan pangan.
Suatu ketika, Beru Dayang tampak menangis tersedu-sedu di pangkuan ibunya. Bukan tanpa alasan, Ia menangis karena menahan rasa lapar.
Melihat anaknya yang menangis tiada hentinya, sang ibu pun hanya bisa menangis dan memeluk Beru Dayang dengan erat.
Tangis sang ibu Beru Dayang kian pecah saat mengetahui bahwa anak semata wayangnya itu meninggal dunia di pangkuannya.
Beru Dayang akhirnya meninggal akibat dari kelaparan, dampak dari kemarau panjang di daerah itu.
Kepergian Beru Dayang membuat sang ibu merasa amat sedih dan bersalah. Ia bahkan berani memutuskan untuk mengakhiri hidupnya saja.
ADVERTISEMENT
Atas niatan itu, Ia akhirnya melompat terjun ke sungai yang amat dalam.
Anehnya, tidak ada satupun masyatakat yang mengetahui bahwa ibu Beru Dayang telah bunuh diri.
Konon, Ia tidaklah mati. Melainkan berubah wujud menjadi jelmaan ikan yang hidup di sungai itu.
Setelah cerita tentang perubahan wujud ibu Beru Dayang, kemarau masih terus melanda wilayah itu bahkan kian mencekam.
Di suatu ketika, ada seorang anak kecil menemukan buah berbentuk bulat yang ukurannya sebesar buah labu.
Buah terhasil membuat seluruh rakyat di kerajaan itu menjadi heboh. Semua rakyat berbondong-bondong ingin melihatnya. Bahkan raja pun tak mau ketinggalan.
Ketika banyak masyarakat yang berkumpul untuk melihat buah itu, tiba-tiba terdengar suara mengejutkan dari langit.
ADVERTISEMENT
Dalam suara itu, terdengar penjelasan bahwa buah tersebut adalah jelmaan dari anak kecil bernama Si Beru Dayang.
Kemudian, suara aneh nan misterius itu memerintahkan masyarakat supaya membagi buah tersebut ke seluruh penduduk yang ada di kerajaan itu.
Suara tersebut meminta agar masyarakat menanam buah itu dengan baik di pekarangan agar tumbuh subur dan berubah menjadi makanan.
Suara dari langit itu juga menyampaikan bahwa Beru Dayang sangat merindukan ibu yang amat disayanginya.
Ia meminta kepada seluruh penduduk untuk mempertemukannya dengan sang ibu yang menjadi jelmaan ikan di sungai.
Jika permintaannya dikabulkan, Ia berjanji akan membuat seluruh rakyat di kerajaan itu tidak akan kelaparan lagi.
Raja yang mendengar janji dari suara misterius itu pun langsung sepakat dan menyuruh seluruh penduduknya untuk melaksanakan perintah dari Si Beru Dayang.
ADVERTISEMENT
Setelah tiga bulan berlalu dan raja berusaha untuk mengabulkan permintaan Beru Dayang, tiba-tiba tampak buah yang ditanam tersebut menguning.
Bahkan buah itu siap untuk dipanen dan dinikmati oleh masyarakat.
Begitu dipanen, buah tersebut kemudian dijemur dan ditumpuk untuk memisahkan antara kulit buah dengan isinya.
Lalu, isi buah yang sudah dipisahkan untuk dimasak untuk dijadikan bahan makanan.
Siapa sangka, ternyata buah yang ditemukan oleh seorang anak kecil dan diyakini sebagai pemberian dari Si Beru Dayang tersebut adalah padi.
Masyatakat pun bergembira dan tak lagi merasakan kelaparan.
Atas bentuk syukur dan terima kasih, masyarakat Tanah Karo pun mempertemukan Beru Dayang dengan ibunya yang menjadi jelmaan ikan di sungai sambil menyantap makanan bersama-sama.
ADVERTISEMENT

Pesan Moral Cerita Rakyat Asal-usul Padi

Pada dasarnya, ada banyak sekali pesan moral yang bisa diambil dari legenda atau cerita rakyat yang tersebar di masyarakat.
Berikut ini beberapa pesan moral yang terkandung pada cerita rakyat asal-usul padi:
Demikian, itulah cerita rakyat asal-usul padi dan pesan moralnya untuk kehidupan yang tersebar di masyarakat, baik di Tanah Jawa maupun Tanah Karo.(suci)
ADVERTISEMENT