Airbus Incar Kesepakatan dengan Arab Saudi terkait Pemesanan 40 Pesawat Jet A350

Kabar Bisnis
Segala informasi soal bisnis, mulai rumor pasar hingga kabar terbaru dunia bisnis.
Konten dari Pengguna
24 Oktober 2022 10:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Jet Pribadi.  Foto: SFIO CRACHO/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jet Pribadi. Foto: SFIO CRACHO/shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arab Saudi dikabarkan sedang dalam proses negosiasi lanjutan dengan pembuat pesawat asal Eropa, Airbus. Negosiasi tersebut disinyalir terkait pemesanan hampir 40 unit pesawat jet A350 dari Airbus sebagai bagian dari upaya strategis untuk meluncurkan maskapai baru dan menantang operator kelas berat di Teluk Arab.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari Reuters, pembelian oleh Dana Investasi Publik (PIF) senilai USD 12 miliar pada harga daftar, dapat diumumkan pada awal minggu ini ketika Riyadh menjadi tuan rumah forum utama Future Investment Initiative (FII).
Namun, maskapai baru yang akan diberi nama RIA tersebut masih belum terlalu jelas terkait pihak mana saja yang mengambil bagian dari daftar belanja substansial untuk maskapai baru mereka. Adapun PIF telah bernegosiasi untuk membeli pesawat tersebut sejumlah 75 jet. Menurut laporan yang diterima Reuters, maskapai tersebut mungkin akan membutuhkan jet berukuran sempit dan akan condong pada Boeing 787.
Sementara itu, pilihan pemasok unit pesawat dapat diduga sebagai muatan politis jika dilihat secara luas, ketika pertemuan Saudi berlangsung di tengah ketegangan yang semakin dalam antara Washington dan Riyadh.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui, FII adalah sebuah karya untuk rencana Visi 2030 dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk menyapih ekonomi dari minyak dengan menciptakan industri baru yang menghasilkan banyak lapangan kerja bagi jutaan orang Saudi, serta untuk memikat modal dan bakat dari pekerja asing.
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden telah mengatakan akan ada konsekuensi dari hubungan AS-Saudi atas keputusan OPEC+ memangkas target produksi minyak yang dipertahankan Riyadh sebagai stabilitas pasar.
Adapun maskapai baru tersebut nantinya akan berbasis di ibu kota Riyadh, sementara penerbangan negara Saudi akan berbasis di kota Laut Merah Jeddah di bawah strategi transportasi yang dirancang untuk menyaingi maskapai UEA dan Qatar.