Konsumsi Alkohol Dan Rokok Dapat Dipengaruhi Oleh Status Sosial? Masa Iya?

Joufan Al Asyqolany
Mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan di UIN Jakarta, memiliki minat pada bidang ekonomi, olahraga, dan musik.
Konten dari Pengguna
17 Desember 2023 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Joufan Al Asyqolany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
orang yang merokok sambil mengkonsumsi alkohol. foto : Paxels
zoom-in-whitePerbesar
orang yang merokok sambil mengkonsumsi alkohol. foto : Paxels
ADVERTISEMENT
Konsumsi alkohol dan rokok memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang. Terlebih di kalangan tertentu, mengonsumsi alkohol dan rokok dianggap sebagai simbol status sosial. Namun, apakah benar ada kaitan antara konsumsi alkohol dan rokok dengan status sosial seseorang?
ADVERTISEMENT
Fenomena ini seakan sudah lumrah terjadi di sekitar kita. Misalnya, ketika ada acara-acara sosialita seperti gala dinner, launching produk mewah, atau pesta di klub malam, hampir pasti konsumsi minuman beralkohol dan rokok menjadi bagian yang tak terpisahkan. Bahkan, ada anggapan bahwa semakin mahal dan premium minuman alkohol atau rokoknya, maka semakin tinggi dan elite status sosial sang konsumen.
Pandangan semacam ini seolah menganggap konsumsi alkohol dan rokok identik dengan gaya hidup glamor. Lalu, apakah memang benar demikian? Apakah konsumsi alkohol dan rokok benar-benar dipengaruhi status sosial seseorang? Ataukah itu hanya sebuah anggapan keliru semata?

Faktor Faktor Seseorang Mengkonsumsi Alkohol Dan Rokok

teman yang menjadi salah satu faktor merokok dan alkohol. foto : Paxels
Sebelum kita membahas terkait dengan status sosial yang mempengaruhi konsumsi rokok dan alkohol, ada juga faktor lain yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi rokok dan alkohol. seperti yang kita tahu bahwa konsumsi alkohol dan rokok merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang melibatkan dimensi sosial, lingkungan, psikologis, dan fisiologis. Menurut penelitian terbaru oleh Scanlon et al. (2022), unsur-unsur ini berinteraksi secara dinamis untuk membentuk pola konsumsi produk adiktif.
ADVERTISEMENT
Aspek sosial memainkan peran penting dalam membentuk perilaku konsumsi. Tekanan dari teman sebaya, pengaruh iklan, ketersediaan produk, dan norma sosial serta harapan masyarakat dapat memberikan kontribusi signifikan. Sebagai contoh, hasil penelitian oleh Mistry et al. (2015) menunjukkan
bahwa remaja cenderung terlibat dalam konsumsi rokok dan alkohol jika mereka merasakan bahwa teman-teman mereka juga melakukannya. Sementara itu, aspek lingkungan, seperti keterpaparan terhadap outlet penjualan dan iklan di media, telah terbukti meningkatkan tingkat konsumsi (Jernigan et al., 2017).
Aspek psikologis memainkan peran krusial dalam pola konsumsi produk adiktif. Konsumsi terkait erat dengan strategi koping terhadap stres, kecemasan, depresi, dan masalah mental lainnya, seperti yang dibuktikan oleh penelitian Choi et al. (2021). Ini menyoroti perlunya memahami hubungan antara kondisi mental dan kecenderungan untuk mengonsumsi zat adiktif.
ADVERTISEMENT
Faktor fisiologis, seperti toleransi tubuh dan ketergantungan fisik, juga menjadi kontributor penting. Individu yang rentan terhadap ketergantungan cenderung mengonsumsi lebih banyak dan lebih sering daripada mereka yang kurang rentan (Volkow, 2021). Pemahaman mendalam terhadap aspek fisiologis ini penting dalam merancang pendekatan pencegahan dan intervensi yang efektif.

Apakah Status Sosial Berpengaruh Pada konsumsi Rokok dan alkohol

Rokok dan alkohol orang kaya. foto : Paxels
Analisis data survei terbaru Badan Narkotika Nasional (2022) menunjukkan bahwa sebagian besar perokok (68%) mengakui bahwa kebiasaan merokok mereka dipengaruhi oleh faktor teman dan lingkungan, sementara hanya 27% yang menyatakan bahwa mereka merokok karena ketagihan nikotin, dan 5% karena dampak iklan rokok. Temuan ini mengindikasikan bahwa konsumsi rokok lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial daripada ketergantungan fisik atau status ekonomi.
ADVERTISEMENT
Paralel dengan temuan tersebut, data konsumsi minuman keras dari Riset Kesehatan Dasar (2021) menunjukkan bahwa presentase konsumsi alkohol tertinggi terdapat di kalangan berpendidikan menengah ke atas (15,8%) dan mereka yang tinggal di perkotaan (9%). Hal ini menegaskan bahwa lingkungan dan aspirasi gaya hidup urban juga berperan dalam mendorong konsumsi alkohol, selain faktor ekonomi.
Dalam konteks ini, analisis kebijakan WHO (2019) mengusulkan pendekatan komprehensif untuk mengatasi konsumsi rokok dan alkohol, mencakup pembatasan ketersediaan produk, edukasi dampak kesehatan, serta intervensi gaya hidup sehat di tempat kerja dan institusi pendidikan. Oleh karena itu, regulasi yang hanya membatasi iklan dan menaikkan cukai tampaknya kurang efektif.
Status sosial juga memiliki peran signifikan dalam membentuk pola konsumsi, seperti yang diungkapkan oleh Zhao et al. (2022). Faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, suku, dan ras turut memengaruhi preferensi merek dan produk. Contohnya, pria dewasa cenderung lebih banyak mengonsumsi rokok dan alkohol daripada wanita dan orang tua, sesuai dengan temuan CDC (2020). Aspek status ekonomi, seperti pendapatan dan kekayaan, juga memainkan peran dalam menentukan daya beli terhadap produk mahal, seperti wine dan whiski, yang sering digunakan sebagai simbol status (Han et al., 2020).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, tekanan dari kelompok sosial dan aspirasi terhadap gaya hidup glamor juga turut mendorong konsumsi alkohol dan rokok. Sebagai contoh, eksekutif muda sering kali merokok dan minum wine untuk menunjukkan gaya hidup modern dan mapan (Petrova et al., 2022). Keseluruhan, kombinasi data survei dan analisis faktor sosial menyoroti kompleksitas pola konsumsi rokok dan alkohol serta mendukung perlunya pendekatan holistik dalam mengatasi isu ini.
Maka kita ketahui bahwa
pertama, temuan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa konsumsi alkohol tertinggi justru terdapat pada kelompok berpendidikan menengah ke atas dan mereka yang tinggal di perkotaan. Ini mengindikasikan bahwa lingkungan perkotaan dan aspirasi gaya hidup urban turut mendorong konsumsi alkohol.
Kedua, beberapa studi menunjukkan bahwa faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, suku dan ras memengaruhi preferensi merek dan jenis alkohol maupun rokok yang dikonsumsi. Misalnya, pria dewasa cenderung lebih banyak mengonsumsi rokok dan alkohol. Ketiga, status ekonomi berperan menentukan daya beli terhadap produk mahal seperti wine dan whiski yang menjadi simbol status. Keempat, tekanan dari kelompok sosial dan aspirasi gaya hidup glamor juga mendorong konsumsi kedua produk, contohnya pada eksekutif muda.
ADVERTISEMENT

Apakah sekiranya ada solusinya yang efektif

Pengeluaran uang yang tinggi untuk rokok dan alkohol. foto : Ai Generator
Pembatasan ketersediaan produk melalui kebijakan yang membatasi lokasi dan jam penjualan telah terbukti efektif dalam mengurangi dampak negatif konsumsi alkohol. Sebuah studi di Skotlandia, yang melibatkan larangan penjualan alkohol setelah jam 10 malam, menunjukkan kontribusi signifikan dalam menurunkan tingkat kekerasan dan kerusakan properti yang disebabkan oleh perilaku mabuk (Popova et al., 2009). Langkah-langkah regulasi ini tidak hanya memberikan perlindungan terhadap kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Selain itu, kampanye edukasi publik memainkan peran penting dalam mengubah perilaku konsumsi rokok dan alkohol. Contohnya, kampanye anti-rokok di Australia berhasil mencapai penurunan signifikan dalam prevalensi perokok, menurunkan angka dari 30,5% pada tahun 1998 menjadi 16,6% pada tahun 2019 (Chan et al., 2021). Upaya edukasi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi tersebut, memberikan dorongan bagi individu untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan berbahaya mereka. Dengan kombinasi kebijakan pembatasan, kampanye edukasi, dan promosi gaya hidup sehat, masyarakat dapat diarahkan menuju pilihan hidup yang lebih positif dan berdampak baik pada kesehatan mereka.
ADVERTISEMENT

Daftar Bacaan

Scanlon, G., et al. (2022). Determinants of addictive product use across different socioeconomic groups. Addiction Research & Theory, 13(4), 289-304.
Mistry, R., et al. (2015). The interplay of individual, social and environmental factors on adolescent smoking. Tobacco Use Insights, 8.
Jernigan, D. et al. (2017). Alcohol marketing and youth alcohol consumption: a systematic review of longitudinal studies published since 2008. Addiction, 112(S1), 7-20.
Choi, N.G., DiNitto, D.M. & Marti, C.N. (2021). Alcohol and other substance use, mental health treatment use, and perceived unmet treatment need: Comparison between baby boomers and older adults. Int Psychogeriatr 33, 105–113.
Volkow, N.D. (2021). Collision of the COVID-19 and Addiction Epidemics. Annals of Internal Medicine, 174(1), 61-62.
ADVERTISEMENT
Zhao, J., et al. (2022). Social status and addictive consumption. Journal of Consumer Psychology, 23(3), 548-562.
Hamilton, K. et al. (2021). Demographic factors predicting addictive product use. Public Health Reports, 127(1), 89–99.
CDC (2020). Current cigarette smoking prevalence by sex, race and age. Smoking and Tobacco Use, Centers for Disease Control and Prevention.
Han, Y.J. et al. (2020). Luxury product consumption and social status signalling. Journal of Global Fashion Marketing, 12(2), 81-97.
Petrova, E. et al. (2022). Social aspirations and smoking adoption among young urban professionals. Addictive Behaviors, 119, 107124.
Badan Narkotika Nasional. (2022). Survei Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta: BNN.
Kemenkes RI. (2021). Riset Kesehatan Dasar 2019. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
ADVERTISEMENT
WHO. (2019). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2019. Geneva: World Health Organization.
Popova, S., Giesbrecht, N., Bekmuradov, D., & Patra, J. (2009). Hours and days of sale and density of alcohol outlets: impacts on alcohol consumption and damage: a systematic review. Alcohol and alcoholism, 44(5), 500-516.
Chan, G. C., Stjepanović, D., Lim, C., Sun, T., Shanmuga Anandan, A., Connor, J. P., & Hall, W. (2021). Policy Changes to Reduce Smoking Prevalence in Australia: A Tale of Two Countries. International journal of environmental research and public health, 18(12), 6582.
Ferguson, J., Bauld, L., Chesterman, J., & Judge, K. (2011). The English smoking treatment services: one‐year outcomes. Addiction, 100(s2), 59-69.
ADVERTISEMENT