Studi : Rusia Sebar Berita Palsu Terkait Pembunuhan Tokoh Brexit

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
23 Juni 2019 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan Agustus 2018, pihak berwajib Spanyol menemukan rencana oleh kelompok anti-Brexit untuk membunuh tokoh Brexit yang kini dijagokan menjadi perdana menteri Inggris yang baru, Boris Johnson. Benarkah demikian?
ADVERTISEMENT
Kisah tersebut dan sejenisnya dibuat oleh sekelompok akun media sosial yang berasal dari Rusia yang mencoba menebar narasi palsu di 30 platform daring berbeda, demikian kesimpulan studi yang dilakukan oleh Atlantic Council's Digital Forensic Research Lab.
Kelompok Rusia tersebut mempekerjakan akun yang menyebarkan konten dalam sedikitnya enam bahasa ke platform seperti Facebook dan Twitter, di samping juga situs blog dan forum.
Tujuannya adalah untuk "memecah belah, mendiskreditkan, dan mengalihkan perhatian" negara-negara Barat dengan menanam informasi palsu tentang beragam topik mulai dari tudingan ikut campurnya Inggris dalam pemilu tengah musim Amerika hingga keterlibatan paramiliterr Irlandia pada kasus diracunnya bekas mata-mata Rusia di Inggris tahun lalu.
Jejaring ini dilacak dengan mengikuti koneksi dari sebuah grup berisi 16 akun yang dibekukan bulan Mei oleh Facebook, yang mengaku merupakan "bagian dari sebuah jejaring kecil yang bekerja dari Rusia."
ADVERTISEMENT
Pejabat-pejabat di Barat telah memperingatkan bahwa negara seperti Rusia, di samping juga grup politik domestik, semakin sering menyebar informasi menyesatkan atau palsu di dunia maya untuk mengganggu jalannya politik dan opini publik.
Moskow telah berulang kali membantah tuduhan yang diarahkan padanya, yang terbaru ketika Uni Eropa menemukan bukti "aktivitas disinformasi yang dipelihara oleh sumber-sumber Rusia untuk menekan keikutsertaan dan mempengaruhi preferensi pemilih" dalam pemilu parlemen Eropa bulan Mei.
Ben Nimmo, anggota senior dari Lab DFR di Atlantic Council menyatakan akun-akun bersangkutan gagal menarik perhatian besar, besar kemungkinan karena berusaha untuk tidak tertangkap, namun mereka bisa dikenali dari kelihaian dan kenekatannya.
"Operasi ini berusaha menimbulkan perpecahan di antara negara-negara Barat," terang Nimmo. "Mereka memalsukan segalanya, mulai dari dokumen yang menjadi dasar ceritanya, hingga akun yang ikut menyebarluaskan cerita."
ADVERTISEMENT