Staf Microsoft Desak Pembatalan Kontrak Militer Senilai 480 Juta USD

Jejak Tekno
Merekam jejak-jejak teknologi yang semakin sulit dilepaskan dari aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2019 10:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jejak Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Microsoft (Foto : Reuters)
Beberapa karyawan Microsoft hari Jumat meminta kantornya memutus kontrak pasokan perangkat lunak ke tentara Amerika senilai 480 juta dolar AS, yang disampaikan lewat petisi bertantadangan 94 karyawan menuntut perusahaan berhenti mengembangkan “teknologi persenjataan apa pun.”
ADVERTISEMENT
Upaya pengorganisiran ini, oleh tiga karyawan Microsoft narasumber Reuters disebut sebagai contoh terbaru gerakan karyawan memprotes kerjasama perusahaan dengan pemerintah dalam hal teknologi terkini.
Mircorosoft memenangkan kontrak pengadaan berupa sedikitnya 2.500 prototipe perangkat augmented reality ke tentara Amerika, yang secara digital menampilkan informasi kontekstual ke mata para penggunanya.
Pemerintah Amerika menyebut perangkat ini akan digunakan di medan pertempuran dan saat pelatihan peningkatan ‘mobilitas, letalitas, dan kesadaran situasi’ para tentara.
Dalam petisi yang disebar lewat Twitter, para karyawan Microsoft mengatakan “tidak menandatangani kontrak kerja untuk mengembangkan senjata, dan kami menuntut diberikan hak bersuara tentang bagaimana karsa kami dipergunakan.”
Mereka meminta perusahaan mengembangkan ‘kebijakan penggunaan yang dapat diterima oleh publik’ untuk teknologinya serta dewan peninjau eksternal untuk menegakkannya secara terbuka.
ADVERTISEMENT
Microsoft dalam pernyataannya mengatakan selalu menyambut baik masukan dari karyawan. Mereka juga menyinggung tulisan blog presiden Microsoft, Brad Smith bulan Oktober yang menyampaikan bahwa pihak perusahaan tetap berkomitmen membantu militer dan akan mengadvokasi aturan hukum untuk memastikan penggunaan teknologi baru yang bertanggungjawab.
Meskipun banyak pemerintahan ingin turut memanfaatkan keahlian dari perusahaan-perusahaan teknologi besar Amerika, penolakan oleh karyawan telah menjadi batu sandungan baru terhadap hubungan yang sudah rumit tersebut.
Sekelompok karyawan mendesak Alphabet tahun lalu untuk mengumumkan tidak akan memperpanjang kontrak Pentagon di mana teknologi kecerdasan buatannya dipakai untuk menganalisis citra pesawat nirawak.