Sensus Penduduk Lanjutan dan Data Misuse

Jamalludin
Statistisi di BPS Aceh Barat Daya dan Analis Demografi. Mengenyam pendidikan DIV Statistika di STIS dan S2 Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jamalludin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petugas sensus tengah melakukan pendataan. Sumber : Dok.Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Petugas sensus tengah melakukan pendataan. Sumber : Dok.Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mati lampu yang terjadi pada malam itu membuat si kecil gusar. Mengobati panasnya udara dan hati si kecil, istri saya memilih untuk bercerita kisah nabi. Kisah heroik Nabi Musa pun menjadi pilihannya.
ADVERTISEMENT
Istri saya mengawali cerita episode hidup Nabi Ulul Azmi itu dari mimpi Fir’aun. Raja Mesir itu bermimpi bahwa ada api dari Baitul Maqdis yang meluluh lantakkan negeri Mesir, kecuali rumah-rumah orang Bani Isra’il. Ahli nujum istana menafsirkan bahwa akan lahir anak Bani Isra’il yang menjadi pembela kaumnya dan merusak stabilitas negara.
Murka atas arti mimpinya, Raja yang bernama asli Ramses II mengambil kebijakan untuk mendata semua anak bayi yang baru lahir dan membunuh semua bayi laki-laki dari Bani Israil. Satu bayi laki-laki dari Bani Israil berhasil diselamatkan dengan menghanyutkannya di Sungai Nil. Bayi itulah Nabi Musa, yang kelak berada dalam lingkaran dalam istana.
Story telling malam itu berhasil melelapkan si kecil dalam tidurnya, dan menghanyutkan saya dalam sebuah perenungan. Kisah itu memberi pesan bahwa kebijakan yang sadis pun tidak terlepas dari data. Perintah Fir’aun kepada bawahannya tak ubahnya seperti sensus bayi. Sensus yang berujung pada kematian respondennya. Dan ternyata, kegiatan Sensus atau pengumpulan data telah terjadi pada 1200-an Sebelum Masehi.
ADVERTISEMENT
Historiografi Sensus Penduduk (SP)
Sensus di bumi nusantara telah terlaksana sebelum lahirnya Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda melaksanakan sensus lima tahunan sejak tahun 1880-1905. Saat itu sensus masih berfokus pada kawasan yang diberlakukan program ketenagakerjaan dan berada dalam kontrol Belanda.
Tahun 1930 merupakan sensus yang dapat dikatakan sukses. Output dari sensus 1930 menjadi pijakan bagi para demografer dalam melakukan proyeksi penduduk. SP 1930 menggunakan konsep de facto untuk Pulau Jawa dan konsep de jure untuk pulau lainnya.
Sensus tidak selamanya berjalan mulus. Peristiwa perang dunia ke-2 memaksa peniadaan kegiatan SP1940. Pun juga dengan SP1950, Agresi militer Belanda ke-2 menggiring Bangsa Indonesia untuk fokus pada pemulihan kondisi politik dan keamanan dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia menelurkan regulasi No.6/1960 dan No.7/1960 yang mengatur sensus dilakukan secara berkala 10 tahun sekali. Berangkat dari itu, SP telah dilaksanakan sebanyak 7 kali, yaitu 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, 2010, dan 2020.
SP2020 hampir mengalami nasib serupa SP1940 dan SP1950. Pandemi COVID-19 telah mendisrupsi proses bisnis Sensus Penduduk. Beberapa negara meniadakan kegiatan SP2020, lain halnya dengan Indoensia. BPS terus berikhtiar melaksanakan SP di tengah kondisi COVID19.
Pandemi berbuah inovasi. BPS melakukan combine methode dalam pelaksanaan SP. Pengumpulan data dilakukan melalui web interviewing (mengisi sendiri pada web), dan sistem DOPU (Drop of Pick Up,-menyerahkan dokumen kepada responden untuk diisi kemudian diambil Kembali). Hasil SP2020 juga merupakan buah kolaborasi dengan data administrasi kependudukan dan catatan sipil. SP2020 mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa. Penduduk didominasi oleh generasi Z.
Hasil Sensus Penduduk 2020. Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik No.7/01/Th.XXIV
Sensus Penduduk Lanjutan
ADVERTISEMENT
SP2020 telah memproduksi data dasar kependudukan. Namun, data kependudukan secara rinci yang diperlukan untuk proyeksi, perencanaan pembangunan, dan kebijakan belumlah tersedia. SP Lanjutan hadir dalam upaya menghasilkan parameter demografi serta karakteristik penduduk untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan.
SP Lanjutan sejatinya bukanlah seperti sensus yang semua unit dalam populasi didata. SP Lanjutan merupakan survey dengan ukuran sampel yang sangat besar, yaitu 4.294.896 rumah tangga.
Ukuran sampel yang besar menjadikan data SP Lanjutan sangat powerfull hingga level kabupaten/kota. Survey ini melibatkan 78.255 petugas yang tersebar di 514 daerah tingkat II. Petugas akan menyambangi rumah pembaca (jika terpilih sebagai sampel ya) pada bulan Mei dan Juni 2022.
Pengguna data akan dimanjakan dengan data yang dihasilkan SP Lanjutan. Tidak hanya mengenai kependudukan, Survey sosial dengan sampel terbesar ini juga berbicara mengenai data pendidikan, ketenagakerjaan, mobilitas penduduk, disabilitas, dan perumahan.
ADVERTISEMENT
Akademisi selain bidang demografi juga dapat memanfaatkan data SP Lanjutan nantinya. Sosiolog, antropolog, dan budayawan dapat menggunakan data terkait etnisitas dan fenomena sosial yang ditangkap SP Lanjutan. Pakar perencanaan wilayah dan tata ruang dapat memakai informasi mengenai migrasi dan motif bermigrasi, serta dapat memetakan daerah penerima migran dan pengirim migran.
Hasil SP Lanjutan akan dirilis secara resmi oleh BPS pada tanggal 23 Januari 2023. Guna memuaskan dahaga publik mengenai kajian demografi, BPS berencana meluncurkan Publikasi tematik terkait fertilitas, mortalitas, dan migrasi pada pertengahan 2023.
Data misuse
Data yang dihasilkan dari SP Lanjutan tidak terlepas dari sampling error dan non sampling error. Sampling error merupakan kesalahan yang berkaitan dengan metodologi penarikan sampel, sementara non sampling error adalah kesalahan yang lebih disebabkan oleh faktor human error.
ADVERTISEMENT
BPS sebagai penyedia data resmi pemerintah selalu menampilkan nilai relative standard error (RSE) dalam publikasinya. Nilai RSE merupakan ukuran akurasi dari indikator yang dihasilkan. Nilai RSE < 25 % menunjukan indikator yang dihasilkan sudah akurat.
Ada diskrepansi antara data kependudukan produk BPS dan produk Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil.
Tidak tepat jika perbedaan itu menjadi amunisi untuk menyudutkan salah satu pihak. Data penduduk BPS berdasarkan konsep de facto (dicatat berdasarkan dimana penduduk biasanya bertempat tinggal). Sementara data penduduk dukcapil berdasarkan konsep de jure (dicatat berdasarkan catatan administrasi kependudukan).
Diskrepansi itu dapat dikompromikan. Hasil SP2020 menunjukkan sebesar 91,32 persen data penduduk sesuai dengan data administrasi kependudukan. Sehingga selisih banyak penduduk antara data BPS dan Dukcapil mencerminkan penduduk yang bermigrasi dari wilayah tempat tinggal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Marsisno (2021) berargumen bahwa data tidak pernah berbohong. Data dibentuk dari objek pengamatan dan objek pengamatan adalah pemilik nilai kebenaran. Yang mungkin adalah data misuse.
George W Buck, seorang insinyur ternama abad 18, berpendapat bahwa statistik tidak pernah menipu. Individu yang me-make up data lah yang menipu.
Data misuse (penyalahgunaan data) terjadi karena beberapa faktor. Dilansir dari geckoboard.com, penyebab data misuse bersumber dari pengumpulan data, pengolahan data, dan diseminasi data.
Pengumpulan data yang memicu data misuse antara lain faktor petugas pengumpul data yang kurang cakap menggali informasi, atau adanya bias responden. Responden, karena keterbatasan waktu yang dimiliki, menjawab tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Kesalahan metodologi penarikan sampel, kesalahan input data, dan penghitungan penimbang menjadi faktor adanya data misuse dalam proses pengolahan. Pada proses diseminasi data, kurangnya kajian yang mendalam terhadap indikator yang dihasilkan dan visualisasi data yang tidak mengikuti standar berkonsekuensi terhadap data misuse.
ADVERTISEMENT
Benang merah
Sensus dan survey merupakan sumber data yang penting sejak abad sebelum masehi. Peradaban kuno menunjukkan kebijakan penguasa, baik yang mengandung maslahat (seperti kebijakan Nabi Yusuf a.s) maupun yang mengandung mafsadat (seperti kebijakan Fir’aun) selalu berbasiskan pada data.
SP Lanjutan menyimpan beragam informasi yang berguna bagi akademisi, dan pengambil kebijakan. SP lanjutan merupakan survey statistik sosial dengan ukuran sampel yang sangat besar. Meskipun powerfull, data SP Lanjutan tentunya tidak terlepas dari sampling error dan non sampling error.
Kolaborasi dari berbagai pihak baik internal maupun eksternal BPS diperlukan guna meminimalisir data misuse. BPS terus berikhtiar menyelenggarakan SP Lanjutan sesuai dengan generic statistical business process model dan menjaga indepedensi dalam merilis data statistik. Dukungan responden dan literasi data yang baik dari konsumen data juga turut berkontribusi meminimalisir adanya data misuse.
ADVERTISEMENT